3. Kembangkan kemampuan emosional anak
Mengajarkan anak untuk menghormati perempuan akan melibatkan emosi dalam diri anak. Anak perlu diajari untuk menyadari bahwa semua orang ingin diperlakukan adil. Terlepas dari jenis kelaminnya, setiap orang ingin dihormati, dihargai, diperlakukan dengan baik.
Nah, supaya anak dapat merasakan hal ini, ia perlu mengembangkan empati. Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain. Ada banyak cara untuk mengembangkan empati anak yang bisa Anda lakukan supaya anak menghormati perempuan dan wanita, di antaranya:
Membantu anak mengatasi emosi negatif yang muncul. Misalnya, “Tadi Bunga menangis karena tidak dipinjami mainan, ya? Hmm, bagaimana kalau mainnya gantian? Itu ‘kan mainan milik kamu, sementara Bunga tidak punya mainan itu. Pinjami saja sebentar, dan nanti kamu akan tetap bisa memainkannya di rumah.”
Perkataan tersebut bukan hanya mengajarkan anak untuk saling berbagi. Namun, bisa juga meredakan kekesalan anak sekaligus membuat ia rukun kembali dengan teman sepermainannya.
Melatih kemampuan anak untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain. Misalnya, mendatangi tempat penyantunan orang-orang yang kurang mampu, seperti panti asuhan atau panti sosial, serta memberikan pemahaman kepadanya.
4. Tidak memanjakannya
Masih banyak orangtua yang memanjakan anak laki-laki ketimbang anak perempuan. Budaya patriarki di Indonesia turut mendukung hal ini.
Contohnya, membebastugaskan mereka dari pekerjaan rumah, seperti mengepel, menyapu, atau mencuci piring. Meskipun hal ini memang umumnya tugas ibu rumah tangga alias perempuan, bukan berarti Anda bisa membebaskan anak dari tugas tersebut.
Memberikan tanggung jawab pada putra Anda untuk melakukan hal tersebut bisa membangun kepribadiannya menjadi lebih mandiri.
Tak hanya itu, melakukan pekerjaan rumah juga bisa menambah pemahaman anak untuk belajar merasakan bahwa menjadi seorang ibu—yang notabene seorang wanita—bukan tugas yang mudah. Hal ini dapat membangun kesadaran dalam diri anak untuk menghormati perempuan.
5. Jadilah contoh
Selain memberi pemahaman, seorang ayah perlu menjadi model yang baik bagi putranya. Terutama dalam melibatkan diri untuk ikut melakukan pekerjaan rumah yang biasanya sang ibu lakukan. Ayah pun boleh saja ikut membantu menyapu halaman atau menyirami tanaman.
Dengan begitu, anak tidak lagi hanya sekadar membayangkan apa yang harus dilakukannya. Namun, mengikuti langsung apa yang dilakukan ayahnya.
(Martin Bagya Kertiyasa)