Esoknya kucoba mengantarnya ke kampung terdekat, tapi ia malah diserang sekelompok anjing lain. Saat melihat Lucy diserang oleh empat anjing itu aku teringat hidupku saat berumur 16 tahun. Lucy tidak berusaha lari, tidak juga melawan.
Saat aku 16 tahun itu, aku seperti Lucy: membiarkan orang-orang menyakitiku.
Lalu semuanya tampak kabur. Kulempar sepedaku dan aku berteriak keras. Entah tenaga darimana yang kupunya untuk melawan keempat anjing itu.
Aku mundur selangkah dan mulai menangis. Bukan hanya karena melihat Lucy diserang, tapi karena ingat diriku sendiri. Aku sempat hidup dengan menghalangi kenyataan, dan ini adalah momen di mana aku menyadari semuanya.
Kuputuskan misi baruku yaitu memberikan keselamatan untuk Lucy. Aku tahu rasanya hidup tanpa jaminan keselamatan.
Inilah perubahan dalam hidupku: aku mulai menghargai hidupku seiring dengan datangnya anjing ini dalam hidupku. Pikirku, "bagaimana aku bisa melindungi anjing ini ketika aku tak bisa melindungi diri sendiri?"
Aku mulai mencintai diriku sendiri. Aku mulai merawat Lucy, memastikan ia makan dengan baik. Dengan Lucy lah pertamakalinya aku merasa cinta tanpa syarat. Ini membuat hidupku berubah. Lalu kuberjanji aku akan membantu Lucy dan semua teman-temannya yang mengalami hal serupa.
Seekor anjing jalanan telah mengubah hidupku - seusatu yang tak bisa dilakukan oleh manusia. Ia telah menyelamatkan aku.
(Renny Sundayani)