Keindahan motif batik Nusantara tak henti menginspirasi generasi muda Indonesia untuk terus berkarya. Salah satunya adalah Dea Valencia yang mengawali kiprahnya di dunia retail batik Indonesia dengan berjualan batik lawasan.
Kala itu, Dea yang masih duduk dibangku kuliah menjual batik lawasan melalui media sosial. Kemudian ia mengembangkan usahanya dengan membuat dress batik yang lebih wearable untuk sehari hari.
Bisnis tersebut ia mulai dari sudut kecil di rumahnya di kota Semarang, dengan 1 orang penjahit, perjalanan Batik Kultur dimulai.
“Matematika Tuhan tidak pernah salah”. Kata- kata inilah yang selalu dipegang oleh Dea Valencia yang semenjak tahun 2011 menerima penjahit difabel. Banyak orang yang meragukan kemampuan kaum disabilitas dalam bekerja, apalagi menjahit.
Namun bagi Dea Valencia semua orang adalah sama, semua orang mempunyai kesempatan yang sama, sehingga memantapkan Dea untuk terus berkarya bersama kaum difabel.
“Kaum difabel itu ternyata memiliki semangat juang yang tinggi yaitu, semangat untuk membuktikan kepada orang-orang sekitar bahwa mereka juga bisa melakukan berbagai hal seperti orang normal,” tutur Dea Valencia, dalam konferensi pers peragaan busana Behind The Seams, di Kaca Coffee & Eatery, Jakarta, Sabtu (23/3/2019).
Hingga saat ini, sekitar 50 orang pekerja difabel berada dibalik label Batik Kultur. Okezone juga berkesempatan menyaksikan langsung, peragaan busana bertajuk “Behind The Seams” yang diselenggarakan oleh Batik Kultur.
Dihadiri oleh sederet selebriti dan influencer ibu kota, “Behind The Seams” berhasil memukau para tamu undangan.
Peragaan busana ini menampilkan 30 koleksi ready-to-wear yang terdiri dari womenswear dan menswear, seperti gaun panjang, kain yang dililit menyerupai rok dan lainnya tampil dalam palet vibran.