Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Ekiben: Bekal Makan Istimewa yang Wajib Dicicipi di Jepang

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Senin, 15 Oktober 2018 |20:15 WIB
Ekiben: Bekal Makan Istimewa yang Wajib Dicicipi di Jepang
Menu bekal perjalanan kereta (Foto:Elisaparhad/BBC)
A
A
A

Konsep 'meibutsu' atau 'hal-hal populer' terdiri dari dua elemen ketika sedang jalan-jalan: ekiben dan omiyage (souvenir untuk keluarga dan teman-teman). Saat omiyage adalah cara untuk berbagi meibutsu ketika kembali pulang, ekiben adalah cara menikmati hal-hal spesial dalam perjalanan untuk diri Anda sendiri.

Steven R McGreevy, yang tinggal di Jepang sejak 2000, menjelaskan bahwa, "Budaya kuliner Jepang sangat beragam dan sering terkait dengan lokasi spesifik.

Hanya dengan menyebut satu nama tempat di Jepang misalnya, orang-orang akan mengingat jenis makanan tertentu yang unik dari sana atau sebuah tingkat kualitas tertentu. Ini tentu sudah umum di mana saja di dunia, tetapi saya harus bilang bahwa di sini sangat terasa - bahkan perjalanan kereta 30 menit saja, sudah bisa membawa kita ke suasana kuliner yang sangat berbeda.

Contoh populer termasuk gyutan, lidah sapi bakar dari Sendai; shumai, pangsit babi dari Yokohama; dan kani-meshi, nasi kepiting dari Hokkaido.

Walau kebanyakan menu ini telah lama menjadi bagian dari kuliner lokal, ide untuk mengemasnya sebagai daya tarik wisata berevolusi seiring dengan perkembangan sistem kereta api Jepang, yang mulai beroperasi pada 1872.

Ekiben pertama muncul pada 1885 di Stasiun Utsunomiya (sekitar 130 km dari Tokyo), terdiri dari bola-bola nasi acar plum - makanan siap saji yang umum di seluruh negeri.

Karena tidak ada gerbong yang menyediakan makan di era awal perjalanan kereta, pedagang akan menjual makanan pada penumpang kereta melalui jendela atau toko-toko di peron. Satu dekade kemudian, stasiun kereta mulai menyediakan menu unik di stasiun mereka dan industri ini mulai tumbuh.

Sekarang lebih dari 2.000 jenis ekiben tersedia, yang kebanyakan dibuat oleh bisnis lokal keluarga.

 ekiben, jepang, jalan-jalan

Lebih dari sekedar makanan, ekiben adalah cara lain menikmati kekhasan lokal. Begitu Anda berkunjung ke sebuah kuil di Kyoto, hal lain yang harus juga dilakukan adalah mencicipi Wagyu Bento (atau ekiben Kyoto populer lain yang tersedia) begitu Anda meninggalkan stasiun Kyoto.

Hatsuko Matsumoto, yang bekerja di Tokyo, menambahkan, "Ekiben bisa menjadi pengingat kapan, di mana, dan dengan siapa Anda makan, bahkan setelah Anda pulang."

Tak seperti makanan cepat saji di dunia Barat, di mana harga sering mengalahkan kualitas dan pilihan yang cenderung standar, ekiben tumbuh subur dari elemen lokal di kota asalnya. Jenis sayuran yang dipakai turun temurun, metode memasak unik, varietas padi khusus, kerajinan lokal, dan bahkan cerita rakyat berperan menjadi daya tarik ekiben. Musim juga penting.

Dalam artikelnya, Savour Slowly: Ekiben: The Fast Food of High Speed Japan, Paul Noguchi, mantan profesor antropologi dan sosiologi di Universitas Bucknell di Pennsylvania, menulis:

"Sayuran tertentu mungkin sedang musim atau tidak, dan spesies tertentu dari ikan baru saja memulai atau mengakhiri perjalanannya. Jadi, ekiben menyediakan makanan lokal terbaik yang tersedia, tetapi selalu selama musim tertentu, dan dengan begitu, ekiben menggabungkan waktu dan tempat terbaik. "

Saya sudah diperingatkan tentang ini - bahkan dengan nama yang sama, isi ekiben sering diganti sesuai musim. Sejumlah ekiben mengindikasikan bahwa kami berada di luar musim. Terus terang, saya merasa lega karena pilihan saya jadi terbatas - karena itu, saya memiliki sekitar 100 opsi terlalu banyak.

Dinding pameran di toko ekiben membantu saya memutuskan. Di sini, kontainer yang sama yang ditemukan di rak-rak dibiarkan terbuka untuk menggambarkan isi di dalamnya. Tidak dapat membaca bahasa Jepang dan tidak ingin membuat pilihan yang 'salah', saya mempelajari pilihan saya dengan sangat hati-hati.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement