 
                LEBAK – Ribuan warga Baduy bakal turun gunung membawa hasil bumi pada perayaan Seba Baduy yang digelar 20 April mendatang di Gedung Pendopo Pemerintah Kabupaten Lebak.
Dalam kesempatan ini Menteri Pariwisata Arief Yahya dijadwalkan akan menghadiri perayaan Seba Baduy untuk mendorong wisata budaya di Provinsi Banten.
"Perayaan Seba Baduy itu ritual tahunan yang diselenggarakan masyarakat Baduy," kata Kasubag Pemberitaan Humas Sekretariat Pemerintahan Kabupaten Lebak, Aep Dian Hendriawan di Lebak.
Diperkirakan acara ini bakal dihadiri sebanyak 2.000 warga Baduy Dalam berpakaian putih-putih dengan ikat kepala putih juga Baduy Luar berpakaian putih-putih dengan ikat kepala atau lomar hitam.
Perayaan Seba Baduy tahun ini tentu berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena memasuki usia satu abad yang dilaksanakan masyarakat Baduy. Bahkan, perayaan Seba Baduy dihadiri Menteri Pariwisata Arief Yahya dan Pemerintah Kabupaten Lebak secara resmi sudah mengundangnya.
Selain itu juga akan dihadiri mantan bupati dan para tokoh masyarakat Lebak. Perayaan ritual budaya masyarakat Badui tersebut menampilkan berbagai kerajinan,diantaranya kain tenun, tas koja, batik dan aneka souvenir.
Di samping itu juga berbagai produk kuliner khas masyarakat Lebak,seperti sale pisang, makanan camilan dan tradisional, abon ikan, gula semut, kerupuk emping dan kerajinan anyaman bambu. "Kami menilai perayaan Seba Baduy tahun ini dapat mendongkrak kunjungan wisata domestik dan wisatawan asing," katanya menjelaskan.
Menurut dia, kegiatan Seba Baduy masyarakat Baduy berjalan kaki sejauh dua kilometer dengan membawa aneka hasil pertanian ladang huma. Produksi hasil bumi itu diantaranya padi, gula aren, pisang, sayur-sayuran dan palawija.
Selama ini, kehidupan masyarakat Baduy mengandalkan dari hasil bercocoktanam pertanian ladang darat dan tidak boleh menggarap lahan persawahan dengan menggunakan cangkul maupun alat teknologi.
Masyarakat Baduy bercocok tanam sangat organik dan tidak menggunakan pupuk kimia maupun pestisida. "Dari hasil pertanian ladang itu, sebagian diantaranya diserahkan hasil bumi kepada kepala daerah," katanya.
Ia mengatakan, perayaan Seba Baduy merupakan bentuk silatuhrahmi masyarakat Badui dengan kepala daerah, yakni bupati dan gubernur sebagai "Bapak Gede" atau kepala pemerintah daerah.
Kegiatan Seba Baduy dilakukan setelah warga Baduy menjalani ritual kawalu selama tiga bulan. Ritual kawalu berlangsung selama tiga bulan dan pada kurun waktu tersebut kawasan Baduy tertutup bagi wisatawan.
Seba Baduy merupakan upacara tradisi sakral warga Baduy yang tinggal di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak yang telah dilaksanakan secara turun temurun sejak zaman Kesultanan Banten.
(Baca Juga: 5 Fakta di Balik Pemecatan Dokter Terawan karena Metode 'Cuci Otak')