Hasil ekskavasi itu, lanjut Husaini, dapat dipertanggungjawabkan, karena penggalian yang mereka lakukan berstandar internasional, semua data terekam dengan sistematis. Selama ini katanya, sejarawan dan warga lainnya menyebutkan kawasan Lamreh itu merupakan kerajaan Lamuri, akan tetapi tidak memiliki bukti terhadap hal itu.
"Kini kita menjumpai keramik dari hasil penggalian yang menegaskan bahwa di Lamreh ialah pusat kerajaan Lamuri. Pernyataan ini juga dipertegas oleh temuan ratusan batu nisan di situs ini yang diperkirakan milik raja-raja Lamuri," jelasnya.
Berdasarkan hasil temuan itu, Husaini menyebutkan, hal itu menjadi sumber utama bahwa di masa kerajaan Lamuri, Aceh telah menjalin hubungan bilateral dengan negara-negara luar seperti Cina, Vietnam, Thailand, India dan Arab sejak ratusan tahun lalu. Dari temuan ribuan pecahan keramik yang tersebar di atas permukaan tanah memberi gambaran betapa besarnya perdagangan yang ada di Lamreh pada abad ke 13 hingga 15 masehi.
BACA JUGA:
"Kita berharap suatu saat nanti pemerintah dapat menetapkan Lamreh sebagai situs cagar budaya yang dilindungi. Situs ini tidak hanya sebagai bukti sejarah semata, juga sebagai jati diri bangsa Aceh. Bahwa Aceh telah menjalin hubungan baik dengan berbagai negara luar sejak seribu tahun terakhir," pungkasnya.
(Dinno Baskoro)