DUNIA maya kembali heboh. Seorang ibu bernama Desy Puspita Yulida mengunggah kisah usus buntu yang dialami putrinya, Salma, melalui akun Facebooknya, pada Minggu 8 Oktober 2017.
Kisah Desy itu kemudian mencuri perhatian netizen dan menjadi viral. Pasalnya, usus buntu yang dialami Salma disebut-sebut lantaran karena kerupuk mentah yang direndam tetapi tetap kenyal atau yang biasa dikenal sebagai Seblak!
Hingga Selasa (10/10/2017), postingan Desy sudah mendapatkan reaksi dan komentar dari belasan ribu warganet.
Desy dengan huruf kapital memberikan judul unggahannya itu: Bahaya Makan Seblak dari Kerupuk Mentah yang Direndam tapi Tetap Kenyal.
Jika mengacu pada penjelasan medis, Dokter Gizi Klinik dr. Dian Permata Sari, sebetulnya seblak bukan makanan yang tergolong berbahaya. Namun, memang ada pengecualian di sana. "Saya tidak melarang Anda untuk makan seblak, tapi yang perlu disadari adalah asupan seblaknya jangan berlebihan, baik jumlahnya maupun rutinitas makannya," terang dr. Dian pada Okezone saat diwawancarai melalui telepon, Rabu (11/10/2017).
Dr. Dian melanjutkan, jika melihat kasus yang dialami Salma, saya rasa seblak bukan penyebab utama usus buntu gadis tersebut muncul. Sebab, seblak tidak membuat Anda langsung mengalami usus buntu. Bisa dipastikan, itu karena proses yang dilakukan secara terus menerus.
Maksudnya, sambung dr. Dian, bisa saja si anak mengonsumsi seblak secara rutin atau memang sudah ada indikasi usus buntu sebelumnya. Nah, setelah makan seblak, usus buntunya sudah terbilang parah. Makanya langsung muncul masalah tersebut.
Dr. Dian menyatakan, seblak juga bukan makanan yang dikatakan baik. Terlebih bahan baku utamanya kerupuk mentah yang dilayukan dengan air panas. Setelah itu, yang membuat makanan itu tidak begitu sehat adalah saus, perasa, pengawet, atau pewarna yang mungkin ada di dalamnya.
Baca Juga: Terungkap! Misteri di Balik Bau Menyengat dan Rasa Durian yang Tajam
Baca Juga: Menyedihkan, 15 Juta Orang Penduduk Negara Ini Menderita Sakit Mental
"Meskipun Anda menambahkan sayuran, telur, atau bahkan daging, tetap saja ada risiko kesehatan di dalamnya. Jadi, jangan jadikan seblak makanan pokok, ya," pungkasnya.
(Vien Dimyati)