Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Tengah Populer, Tipe Diet Ketogenik Apa yang Cocok untuk Anda?

Tiara Putri , Jurnalis-Rabu, 04 Oktober 2017 |06:33 WIB
Tengah Populer, Tipe Diet Ketogenik Apa yang Cocok untuk Anda?
Ilustrasi (Foto: Ladycarehealth)
A
A
A

BAGI orang yang ingin menurunkan berat badan pasti sudah tidak asing dengan istilah diet. Saat ini, ada metode diet yang sedang populer yaitu diet ketogenik. Diet ketogenik adalah sebuah cara untuk menurunkan berat badan dengan cara tidak mengonsumsi karbohidrat termasuk makanan yang mengandung gula seperti buah dan sayuran selama 2-4 minggu.

Dulunya diet ini diterapkan oleh orang-orang yang terkena epilepsi. Sebab orang epilepsi akan mudah kambuh jika mengonsumsi gula. Seiring berjalannya waktu, diet ini pun makin digemari karena bisa menurunkan berat badan dengan cepat.

Diet ketogenik memiliki empat tipe yaitu classical ketogenic diet, MCT ketogenic diet, modified ketogenic diet, dan low glycaemic diet. Pada metode classical ketogenic diet, orang yang menjalankan diet ini benar-benar tidak mengonsumsi karbohidrat sama sekali. Ia hanya mengonsumsi lemak dan protein sebagai sumber energi dengan rasio perbandingan lemak dan protein adalah 4:1 atau 3:1.

MCT ketogenic diet disarankan untuk diterapkan oleh orang-orang yang memiliki kolesterol tinggi. Sebab pada metode diet ini, orang tersebut akan mengonsumsi lemak tak jenuh sebanyak 40%-60% dan sisanya adalah protein. Pola makan tersebut bisa berguna untuk menurunkan kadar trigliserida di dalam kolesterol.

Lalu muncul modified ketogenic diet. Pada metode ini, orang yang diet akan mengonsumsi 60% lemak, 30% protein, dan 10% karbohidrat. Karbohidrat memang sudah diijinkan untuk dikonsumsi tapi jumlahnya sangat dibatasi. Maksimal hanya 20 gram perhari.

Selanjutnya ada low glycaemic diet di mana orang yang menerapkan diet ini tetap mengonsumsi karbohidrat akan tetapi indeks glikemiknya rendah atau tidak banyak mengandung gula. Sebenarnya metode ini tidak bisa dikatakan termasuk dalam diet ketogenik.

Menurut seorang dokter ahli gizi, dr Grace Judio-Kahl, MSc, MH, CHt, pemilihan metode diet ketogenik tergantung dengan kebutuhan masing-masing orang. Bila diet ini dipilih untuk penderita epilepsi, maka yang paling baik untuk dipilih adalah classical ketogenic diet. "Tapi tidak semua orang cocok karena metode ini bisa menyebabkan diare atau mual. Jika bermasalah bisa dicoba dengan modified ketogenic diet namun jangan terlalu lama," tutur dr Grace saat dijumpai dalam sebuah acara Selasa 3 Oktober 2017 di kawasan Jakarta Selatan.

Apabila orang tersebut ingin menurunkan berat badan, bisa dipilih metode modified classical diet. Paling tidak metode ini diterapkan dalam waktu 2 minggu dan kemudian harus kembali mengonsumsi makanan yang mengandung gula dengan indeks glikemik rendah. Idealnya diet ketogenik memang hanya dilakukan dalam waktu 2-4 minggu saja. Jika lebih dari itu bisa membawa masalah kesehatan.

Bila Anda tidak cocok dengan metode diet ketogenik tertentu, Anda bisa beralih ke metode lain. Dengan catatan metode diet sebelumnya menimbulkan efek ketidak cocokan pada tubuh yang terlalu ekstrim. Apabila keluhan tidak bisa ditolerir, Anda bisa beralih saat itu juga.

Selain itu, hal lain yang harus diperhatikan adalah melakukan diet dibawah pengawasan dokter atau sebelumnya berkonsultasi. "Penting untuk berkonsultasi atau melakukan diet di bawah pengawasan dokter bagi mereka yang memiliki masalah kesehatan seperti diabetes dan kolesterol. Pokoknya jika didapatkan hasil laboratorium jelek, maka harus berkonsultasi ke dokter," ujar dr Grace.

Indeks glikemik rendah terus ke modifiet

Dr Grace menambahkan, untuk orang-orang yang kesehatannya bermasalah harus melakukan monitoring ketat setelah melakukan diet ketogenik. Jika orang tersebut memilih metode classical ketogenic diet, paling tidak harus periksa satu bulan sekali. Sedangkan jika yang dipilih adalah modified ketogenic diet, pemeriksaan bisa dilakukan tiga bulan sekali. Lain halny dengan orang-orang yang tidak memiliki masalah kesehatan dan tidak mengalami suatu kejadian usai melakukan diet. Mereka tidak perlu kontrol ke dokter.

(Helmi Ade Saputra)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement