KITA sering mendengar seseorang meninggal dunia tak lama setelah pasanganya lebih dahulu tutup usia. Ternyata, hal tersebut bukanlah sebuah kebetulan semata.
Beberapa jam sebelum Debbie Reynolds menderita stroke setelah kematian putrinya, Carrie Fisher. Ia mengakui begitu merindukan dan ingin bersama putrinya. Ketika anaknya, Todd, mengatakan emosi dan stres akibat kehilangan Carrie memiliki pemicu sebab kematiannya. Adapun pernyataan bahwa Carrie meninggal karena patah hati.
Sebagian besar dari kita telah mendengar cerita soal pasangan suami istri yang menikah cukup lama, kemudian salah satu di antara mereka meninggal dan pasangannya pun menyusul tidak lama setelahnya. Misalnya Johnny Cash yang meninggal pada 2003, kemudian lima bulan setelahnya istrinya pun menyusul.
Kematian ganda ini memang dipandang sebagai hal yang kebetulan. Namun, banyak studi ilmiah dari berbagai universitas dan rumah sakit menemukan, patah hati lebih dari sekadar frase.
Memang, penelitian menemukan bahwa kehilangan orang yang dicintai, baik pasangan atau anak, dapat menyebabkan perubahan fisik yang menempatkan mereka pada risiko serius.
Dr Derek Connolly, konsultan ahli jantung di Birmingham City Hospital mengatakan, Debbie Reynolds adalah kandidat utama mengalami Takotsubo Cardiomyopathy atau sindrom patah hati.
"Ini biasanya terjadi dalam 48 jam setelah kematian seseorang," ucap dr Connolly. "Kami melihat bahwa wanita tua yang kehilangan suaminya, tapi ini sama halnya ketika orangtua kehilangan anaknya."
Gejala pertama yang terasa adalah rasa sakit pada lengan dan dada, rasa pusing dan napas yang pendek. Gejala mirip ini merupakan gejala serangan jantung normal, sulit bagi dokter untuk mengetahuinya, dr Connolly mengungkapkan.
Pada sebuah penyelidikan, scan mengungkapkan bahwa pasien tidak memiliki tumpukan kolesterol yang berakibat pada serangan jantung.
"Rasa shock dan stres melepaskan hormon serupa adrenalin. Inilah yang meremas otot di dinding arteri, yang memicu 'kelaparan' pada beberapa bagian jantung."
Studi dari Imperial College memperkirakan dua persen dari 300.000 'serangan jantung' yang terjadi setiap tahun di Inggris disebabkan oleh sindrom.
Yang paling berisiko adalah wanita yang mengalami menopause. Satu studi menemukan, 1.750 pasien dengan Takotsubo Cardiomyopathym 89,9 persen dari mereka ialah perempuan dengan rata-rata usia 67 tahun. Hal ini dikarenakan hormon seks perempuan melepaskan hormon stres lebih banyak dibandingkan pria.
Bila diketahui lebih awal, pasien dapat diberikan obat-obatan seperti beta blockers untuk menghentikan adrenalin menekan arteri. Sehingga jantung kembali normal dalam waktu seminggu atau lebih.
Sementara wanita yang lebih tua amat rentan mengalami Takotsubo Cardiomyopathy, orang-orang muda dapat mengalami peningkatan risiko detak jantung tidak teratur atau fibrilasi atrium. Biasanya, hal ini terjadi selama berminggu-minggu setelah kematian.
Psikiater dr Max Pemberton mengatakan, efek kesehatan mental pada tubuh kita diketahui lebih kuat diperkirakan sebelumnya. Dia mengatakan, pada tahun pertama, setelah pasangan meninggal, pasangan hiduo memiliki 67 persen risiko yang lebih tinggi dari serangan jantung.
"Saya menduga, inilah kombinasi berbagai faktor. Selama berkabung, hormon kunci dan bahan kimia lainnya dilepaskan dan memiliki efek 'knock on'," jelas dr Pemberto.
Bahkan, dr Pemberteon mengatakan, saat ia bekerja di bangsal jantung dan melihat orang-orang mengalami serangan jantung, setelah melalui peristiwa sulit atau depresi.
Ia pun berkesimpulan penting untuk menghargai hubungan penting antara kesehatan fisik pasien dan mental, terutama kala mereka ditinggal oleh orang tercinta. Demikian dikutip dari Dailymail, Rabu (4/1/2017).
(Helmi Ade Saputra)