AIMI menyadari, ibu menyusui mungkin mengalami stres berat, kehilangan tempat tinggal, kekurangan makanan, bahkan kehilangan anggota keluarga. Belum lagi gangguan logistik dan kurangnya privasi yang membuat proses menyusui jadi makin menantang.
Di tengah kondisi yang rapuh tersebut diakui bahwa kelompok yang paling berisiko adalah bayi, terutama mereka yang berusia 0–6 bulan.
"Keajaiban yang Tuhan berikan pada kondisi tersebut adalah adanya satu sumber nutrisi dan perlindungan yang tetap hadir untuk para bayi di tengah bencana, siap santap, steril dan aman, ASI," tulis riset Aimi.
Menurut AIMI, ASI bukan hanya makanan terbaik untuk bayi, dalam bencana ASI menjadi intervensi penyelamat nyawa bahkan pada situasi paling tidak pasti itu.
"Pada situasi bencana, ASI terbaik diperoleh dari aktivitas menyusui ibu," demikian kutip riset tersebut.
Seperti hierarki pemberian nutrisi World Health Organization (WHO) dan United Nations Children’s Fund (UNICEF), menyusui menjadi pilihan utama sebelum alternatif lain (ASI Perah (ASIP) Ibu, ASIP yang didinginkan, ASIP yang dibekukan dan seterusnya) diberikan.
(Rani Hardjanti)