Arab Saudi kini mencatat lonjakan wisatawan internasional hingga 102 persen dibandingkan 2019—pertumbuhan tertinggi secara global menurut UNWTO. Anita menyebut perkembangan ini sebagai salah satu pemulihan pariwisata paling pesat setelah pandemi.
Menariknya, Saudi tidak semata mengejar jumlah kunjungan. “Yang mereka utamakan adalah kualitas dampak terhadap destinasi mulai dari wilayah yang dikunjungi, tingkat kunjungan ulang, hingga pemerataan kunjungan sepanjang tahun agar ekonomi lokal tetap stabil,” jelasnya.
Pendekatan tersebut menjadi contoh bagaimana pertumbuhan pariwisata dapat tetap berkelanjutan tanpa berfokus pada jumlah wisatawan semata.
Sejumlah proyek besar seperti AlUla, Red Sea Project, Qiddiya, dan Diriyah menunjukkan visi Arab Saudi dalam memadukan kemewahan, pelestarian warisan, dan keberlanjutan. Anita menilai AlUla sebagai model terbaik karena mengutamakan partisipasi masyarakat lokal.
“Di AlUla, sekitar 60–70 ribu penduduk terlibat aktif dalam pengembangan kawasan. Kesuksesan mereka datang dari keterlibatan masyarakat mulai dari diskusi, kolaborasi, hingga menjaga tradisi dan cara hidup,” tuturnya.
Indonesia, menurut Anita, dapat mempelajari pendekatan tersebut dalam mengembangkan destinasi prioritas yang menyatu dengan kehidupan warga sekitar.