JAKARTA - Kehamilan adalah masa yang penuh kebahagiaan sekaligus tantangan bagi setiap perempuan. Pada periode ini, tubuh mengalami banyak perubahan, mulai dari hormon hingga kondisi kulit. Tak jarang, calon ibu ingin tetap tampil cantik dan percaya diri dengan menggunakan skincare. Namun, tahukah kamu bahwa tidak semua produk perawatan kulit aman digunakan selama kehamilan?
Beberapa kandungan dalam skincare ternyata dapat menimbulkan risiko buruk, baik bagi kesehatan ibu maupun perkembangan janin di dalam kandungan. Ada yang berpotensi memicu iritasi, mengganggu keseimbangan hormon, hingga berdampak pada pertumbuhan bayi. Itulah sebabnya, ibu hamil perlu lebih selektif dalam memilih produk kecantikan, bukan hanya mempertimbangkan manfaatnya, tetapi juga keamanan bahan yang terkandung di dalamnya.
Berikut beberapa daftar kandungan yang tidak boleh digunakan oleh ibu hamil:
Salicylic acid atau asam salisilat merupakan salah satu kandungan yang umum ditemukan dalam produk perawatan kulit, terutama untuk mengatasi jerawat, komedo, dan kulit berminyak. Kandungan ini berguna untuk mengangkat sel kulit mati dan membersihkan pori-pori secara mendalam. Namun, bagi ibu hamil, penggunaan salicylic acid dalam konsentrasi tinggi, terutama dalam bentuk obat minum atau peeling kimia, dapat menimbulkan risiko pada janin.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dosis tinggi salicylic acid yang masuk ke dalam tubuh bisa berpengaruh terhadap perkembangan janin, termasuk meningkatkan risiko kelainan bawaan. Oleh karena itu, para ahli menyarankan ibu hamil untuk menghindari produk dengan kandungan salicylic acid dalam kadar tinggi, terutama di trimester pertama. Jika ingin tetap menggunakan bahan ini untuk merawat kulit, pilihlah produk dengan konsentrasi rendah dan hanya untuk pemakaian luar. Sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter.
Retinoid adalah turunan vitamin A yang banyak digunakan dalam dunia skincare untuk mengatasi tanda penuaan dini, meratakan tekstur kulit, hingga memudarkan flek hitam. Kandungan ini bekerja dengan cara mempercepat regenerasi sel kulit, sehingga kulit tampak lebih halus dan cerah. Retinoid bisa ditemukan dalam berbagai bentuk, seperti tretinoin, retinol, dan adapalene.
Meski terkenal efektif, retinoid termasuk bahan yang sangat tidak disarankan untuk ibu hamil. Hal ini karena penggunaan retinoid, terutama dalam bentuk obat oral seperti isotretinoin, telah terbukti dapat menyebabkan birth defects atau kelainan bawaan pada bayi. Bahkan, penggunaan topikal (oles) dengan konsentrasi tinggi juga dikhawatirkan memberi efek buruk yang serupa jika diserap ke dalam aliran darah.
Benzoyl peroxide adalah bahan aktif yang umum digunakan dalam produk perawatan kulit untuk mengatasi jerawat. Kandungan ini bekerja dengan cara membunuh bakteri penyebab jerawat (Propionibacterium acnes) sekaligus membantu mengangkat sel kulit mati yang menyumbat pori-pori. Meskipun efektif untuk mengendalikan jerawat, keamanan benzoyl peroxide selama kehamilan masih menjadi perdebatan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hanya sedikit benzoyl peroxide yang terserap ke dalam tubuh melalui kulit, namun tidak ada bukti jangka panjang yang benar-benar memastikan bahwa bahan ini sepenuhnya aman bagi ibu hamil. Kekhawatiran terbesar adalah risiko potensi iritasi kulit, kekeringan berlebih, serta kemungkinan memicu reaksi alergi. Banyak dokter kulit menyarankan ibu hamil untuk membatasi atau menghindari penggunaan benzoyl peroxide, terutama pada konsentrasi tinggi atau area kulit yang luas.
Hydroquinone adalah bahan pencerah kulit yang bekerja dengan menghambat produksi melanin, pigmen alami yang memberi warna pada kulit. Kandungan ini sering diresepkan untuk mengatasi hiperpigmentasi, melasma, atau flek hitam membandel. Karena sifatnya yang kuat, hydroquinone umumnya ditemukan dalam krim dengan konsentrasi 2% OTC (over-the-counter) hingga 4% atau lebih (resep dokter).
Bagi ibu hamil, penggunaan hydroquinone tidak disarankan. Meski belum ada bukti pasti bahwa hydroquinone menyebabkan cacat lahir, tingkat penyerapan yang tinggi menimbulkan kekhawatiran akan potensi efek jangka panjang pada janin. Selain itu, hydroquinone juga dapat memicu iritasi, kemerahan, dan kulit kering, terutama pada kulit yang sedang sensitif akibat perubahan hormon kehamilan. Karena risiko yang belum sepenuhnya diketahui, para ahli merekomendasikan ibu hamil untuk menunda penggunaan bahan ini hingga setelah melahirkan dan masa menyusui selesai.
Chemical sunscreen bekerja dengan cara menyerap sinar UV dan mengubahnya menjadi panas sebelum dilepaskan kembali dari kulit. Kandungan yang umum ditemukan antara lain oxybenzone, avobenzone, octocrylene, octinoxate, dan homosalate. Meski efektif melindungi kulit, beberapa bahan dalam chemical sunscreen, khususnya oxybenzone, diduga dapat mengganggu hormon (endocrine disruptor) dan berpotensi memengaruhi perkembangan janin.
Untuk menjaga keamanan selama kehamilan, para ahli merekomendasikan penggunaan physical/mineral sunscreen yang mengandung zinc oxide atau titanium dioxide. Kedua bahan ini bekerja dengan memantulkan sinar UV dari permukaan kulit, minim risiko iritasi, dan tidak mudah terserap ke dalam tubuh. Selain itu, ibu hamil juga dapat menambah perlindungan dengan langkah non-kimia seperti memakai topi lebar, kacamata hitam, dan pakaian berlengan panjang saat beraktivitas di luar ruangan.
Menjaga kesehatan kulit selama kehamilan memang penting, namun keamanan ibu dan janin harus selalu menjadi prioritas utama. Memahami kandungan skincare yang sebaiknya dihindari akan membantu calon ibu terhindar dari risiko yang tidak diinginkan. Jika ragu terhadap suatu produk, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter atau tenaga medis yang kompeten.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)