JAKARTA – Menyusui merupakan proses alami yang sarat manfaat, tidak hanya untuk bayi tetapi juga untuk sang ibu. Namun dalam praktiknya, banyak ibu mengalami tantangan saat memberikan air susu ibu (ASI), terutama ketika produksi ASI menurun atau tidak lagi sebanyak biasanya.
Penurunan produksi ASI atau yang lebih akrab dikenal dengan istilah “ASI seret” menjadi keluhan yang umum dijumpai, terutama pada ibu yang sudah kembali bekerja atau sedang menghadapi kelelahan dan stres. Padahal, pada masa awal kehidupan bayi terutama enam bulan pertama ASI merupakan sumber gizi utama yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang optimal.
Menanggapi hal ini, Dokter laktasi dan konselor MPASI dr. Nurmaulidia, IBCLC, CIMI, menjelaskan bahwa kondisi ASI seret bisa diatasi dengan pendekatan yang tepat dan tidak harus menjadi akhir dari proses menyusui.
“Pertama, segera konsultasi ke dokter laktasi. Di sana akan diajarkan teknik pumping yang tepat, serta pemilihan alat pompa ASI yang sesuai. Kadang, ukuran pompa yang kita kira pas ternyata tidak cocok. Jika perlu, dokter juga bisa meresepkan obat khusus untuk meningkatkan produksi ASI, bukan ASI booster biasa yang dijual bebas,” ujar perempuan yang akrab disapa Dea ini kepada Okezone, Jumat (1/8/2025).
Konsultasi dengan dokter laktasi memungkinkan ibu untuk mendapatkan penanganan yang spesifik sesuai dengan kondisi tubuh, riwayat menyusui, dan aktivitas harian. Sering kali, penurunan produksi ASI bukan semata karena tubuh tidak mampu, tetapi karena teknik memerah yang kurang optimal, waktu pumping yang tidak teratur, atau kurangnya pengosongan payudara yang efektif.
Salah satu hal yang kerap luput dari perhatian adalah pemilihan ukuran flange atau corong pompa ASI. Banyak ibu mengira bahwa selama tidak terasa sakit, berarti ukuran pompa sudah sesuai. Padahal, menurut dr. Dea, ukuran yang tidak tepat bisa menyebabkan pengosongan ASI tidak maksimal sehingga produksi akan berangsur menurun karena sinyal kebutuhan tidak sampai ke tubuh.
Banyak ibu menyusui yang mencoba mengandalkan ASI booster berupa suplemen atau minuman herbal yang dijual bebas di pasaran. Meski tidak dilarang, tidak semua ibu akan merespons dengan cara yang sama, dan terkadang justru perlu obat medis khusus yang diresepkan berdasarkan hasil pemeriksaan.
Selain dukungan medis, peran lingkungan juga sangat menentukan keberhasilan proses menyusui. Dukungan pasangan, keluarga, hingga tempat kerja, termasuk tersedianya ruang laktasi dan waktu pumping yang fleksibel, sangat penting agar ibu tidak merasa terbebani secara mental maupun fisik.
Ibu menyusui juga perlu menjaga pola makan bergizi seimbang, memperbanyak konsumsi air putih, istirahat cukup, serta melakukan kontak kulit dengan bayi atau skin to skin contact yang terbukti dapat merangsang hormon oksitosin, hormon penting dalam proses menyusui.
Penurunan produksi ASI memang bisa terjadi pada siapa saja, namun bukan berarti tidak bisa diatasi. Dengan konsultasi ke dokter laktasi, memperbaiki teknik menyusui atau memerah ASI, memilih pompa yang sesuai, serta menjaga pola hidup sehat, produksi ASI bisa kembali meningkat.
Yang terpenting, jangan ragu untuk mencari bantuan tenaga medis jika mengalami kendala ya!
(Kurniasih Miftakhul Jannah)