Pesona Gunung Lumut, Menyelami Dunia Hijau yang Hening di Timur Belitung

Dimas Andhika Fikri, Jurnalis
Selasa 22 Juli 2025 10:59 WIB
Pesona Gunung Lumut, Menyelami Dunia Hijau yang Hening di Timur Belitung (Foto: Dimas/Okezone)
Share :

BANGKA BELITUNG - Di sudut timur Pulau Belitung ternyata tersembunyi sebuah lanskap yang hening, hijau, dan menenangkan, namanya Gunung Lumut. Terletak di Desa Limbongan, Kecamatan Gantung, Belitung Timur, kawasan ini menyuguhkan atmosphere magis dengan segudang kekayaan alamnya yang luar biasa.

Meski lebih tepat disebut bukit karena hanya memiliki ketinggian sekitar 173 meter di atas permukaan laut, pengalaman yang ditawarkan Gunung Lumut jauh melampaui ukuran geografisnya. Untuk menuju Gunung Lumut wisatawan hanya memerlukan waktu tempuh sekira 1 jam 30 menit atau sekitar 85 km dari Tanjung Pandan ke Desa Limbongan.

Tak perlu khawatir, selama perjalanan wisatawan akan disuguhkan pemandangan menakjubkan karena melewati hamparan kebun lada, sawit, serta deretan rumah kayu khas kampung Melayu. Setibanya di kaki bukit, suasana langsung berubah. Hutan tropis yang rimbun memeluk dengan udara sejuk, suara alam, dan kelembaban yang khas.

Pesona Gunung Lumut, Menyelami Dunia Hijau yang Hening di Timur Belitung

Trek menuju puncak memakan waktu sekitar 30 hingga 45 menit, tergantung kecepatan dan cuaca. Hampir seluruh permukaan kawasan ini dari tanah, batu, hingga batang pohon tertutup lapisan lumut hijau zamrud yang tebal. Di sinilah daya magis Gunung Lumut benar-benar terasa.

Kabut tipis sering kali menggantung rendah di antara pepohonan, menciptakan suasana sunyi dan memesona. Keindahannya seperti di film The Lord of The Rings, hening, hijau, dan tak tersentuh waktu.

“Waktu terbaik untuk tracking di sini memang pada saat musim hujan. Tampilan lumutnya lebih segar dan lebih hijau. Kalau datangnya habis hujan, kabut-kabut juga masuk dalam sela pepohonan. Itu sebabnya banyak yang bilang Gunung Lumut ini seperti negeri dongeng,” ujar Kristianto Putra, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Lindong Lumut kepada Okezone, belum lama ini.

Lebih lanjut Kristianto menjelaskan, di sepanjang jalur tracking, wisatawan juga akan menemukan flora dan fauna unik yang menjadi kekayaan ekologi kawasan ini. Lumut daun, lumut hati, hingga lumut tanduk menyelimuti bebatuan, berpadu dengan anggrek bulan, kantong semar, pohon simpor, serta jamur pelawan yang dapat dikonsumsi.

Dari sisi fauna, telah diidentifikasi keberadaan tarsius, tokek endemik yang dikenal sebagai Tokek Ahok, burung Rui yang dilindungi, kelelawar yang warga lokal sebut dengan istilah vampir palsu, kupu-kupu, hingga kancil dan kijang liar.

Di puncak bukit terdapat gardu pandang sederhana, tempat di mana wisatawan bisa memandangi lanskap desa dan hutan sekitarnya. Bagi pencinta fotografi, tempat ini adalah spot terbaik menangkap kabut yang menyapu rimbunnya pepohonan.

Gunung Lumut juga menjadi bagian dari kawasan Geopark Belitong yang diakui UNESCO sejak 2021, dan pengelolaannya sepenuhnya dilakukan oleh warga melalui Pokdarwis. Untuk biaya tiket masuknya sendiri, wisatawan bisa langsung datang atau “go-show”, serta memesan melalui media sosial resmi Gunung Lumut.

Paket wisata yang tersedia cukup terjangkau, mulai dari Rp125.000 per orang (minimal 4 orang), termasuk trekking, welcome drink, sesi perkenalan budaya, serta permainan tradisional seperti Lesong Ketintong dan Alu Beserang.

“Biasanya kami menyambut tamu dengan minuman tradisional, lalu istirahat sambil memperkenalkan alat musik dan permainan lokal. Setelah itu trekking ke zona lumut, lalu ke puncak. Biasanya yang ikut senang karena alami, tidak dibuat-buat,” jelas Kristianto.

Bagi yang ingin lebih lama menikmati alam, tersedia juga paket camping seharga Rp125.000 per orang, lengkap dengan tenda, matras, sleeping bag, dan lampu tenda. Fasilitas ini dapat dipesan untuk grup, bahkan hingga 80 orang.

Meskipun belum banyak dikenal di tingkat internasional, Gunung Lumut pernah menarik perhatian tim National Geographic, yang menyebut bahwa kawasan ini justru lebih cocok untuk pasar luar negeri karena keaslian alam dan ekosistemnya. Namun, hingga saat ini, pengunjung didominasi wisatawan lokal dan regional, dengan rata-rata 10 rombongan besar per tahun.

Gunung Lumut tidak hanya menawarkan perjalanan alam, tetapi juga menjadi ruang edukasi dan pelestarian budaya. Setiap langkah menyusuri hutannya mengajarkan cara baru untuk melihat dan mendengar alam. 

“Di sini kita enggak cuma trekking, tapi belajar hidup dari alam dan masyarakatnya," tutup Kristianto. 



 

(Alan Pamungkas)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita Women lainnya