Kerusakan yang terlalu cepat dan sering bisa mengalahkan kemampuan regeneratifnya. Ketika itu terjadi, hati akan mengecil, mengeras, dan perlahan kehilangan fungsinya.
Kondisi ini dikenal sebagai sirosis hepatis, sebuah penyakit kronis yang sangat serius dan sulit diobati.
Lebih lanjut, dr. Gia mengungkapkan bahwa penyebab kerusakan hati tak hanya datang dari virus seperti hepatitis A, B, atau C, yang sangat menular di Indonesia, khususnya Hepatitis B. Organ ini juga bisa hancur karena "musuh dalam selimut", yaitu obat-obatan yang dikonsumsi secara sembarangan.
Salah satu yang paling sering disalahgunakan adalah paracetamol, obat penghilang nyeri yang kerap diminum seenaknya bahkan untuk keluhan ringan seperti sakit kepala biasa.
“Obat-obatan pun bisa menjadi musuh dalam selimut. Terutama paracetamol, yang sering diminum sembarangan saat kepala sedikit saja terasa berat,” ujarnya.
Tak hanya paracetamol, alkohol juga menjadi salah satu racun berat bagi hati. Selain itu, gula berlebih juga bisa menjadi penyebab kerusakan hati yang sering luput dari perhatian.
“Gula dalam jumlah berlebihan, perlahan tapi pasti, menumpuk dan menghancurkan hati dengan cara yang halus tapi mematikan,” imbuhnya.