STANDAR kecantikan yang ditanamkan oleh media sosial, televisi, dan budaya populer terbukti memiliki dampak serius terhadap kesehatan mental perempuan, khususnya remaja dan dewasa muda. Tekanan untuk tampil sesuai "standar ideal" tidak hanya memengaruhi rasa percaya diri, tetapi juga meningkatkan risiko gangguan makan, depresi, hingga isolasi sosial.
Melansir medicalnewstoday, Senin (2/6/2025), lima dari sepuluh perempuan muda merasa tertekan untuk selalu tampil cantik dan enam dari sepuluh merasa harus selalu terlihat “layak”. Fakta ini memperlihatkan bagaimana persepsi akan kecantikan telah menjadi beban mental yang nyata.
Terpapar gambaran tubuh ideal yang tidak sesuai realita bisa memicu sejumlah gangguan psikologis seperti:
• Gangguan makan seperti anoreksia dan bulimia
• Depresi akibat ketidakpuasan terhadap tubuh
• Rasa cemas dalam pergaulan sosial akibat kekhawatiran akan pandangan orang lain terhadap penampilan
• Harga diri yang rendah hingga penarikan diri dari lingkungan sosial
Studi juga menunjukkan bahwa remaja perempuan yang terpapar citra tubuh langsing secara intens melalui media memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami citra tubuh negatif dan gangguan mental.
Dalam era digital saat ini, media sosial menjadi faktor utama penyebaran standar kecantikan tidak realistis. Survei di Inggris mencatat bahwa 40% remaja merasa khawatir terhadap bentuk tubuh mereka setelah melihat gambar di media sosial.
Bahkan, menurut American Psychological Association (APA), remaja yang mengurangi waktu bermain media sosial hingga 50% selama beberapa minggu menunjukkan peningkatan rasa percaya diri terhadap penampilan mereka.
Tidak hanya berdampak sementara, tekanan terhadap penampilan juga bisa menyebabkan dampak jangka panjang. Banyak perempuan dewasa yang menghindari aktivitas sosial, olahraga, hingga hubungan intim karena merasa tidak percaya diri dengan tubuh mereka.
Para dokter dan ahli kesehatan mental merekomendasikan beberapa cara untuk mengurangi dampak negatif dari standar kecantikan, di antaranya:
• Membatasi atau menjauhi penggunaan media sosial yang memicu ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh
• Meningkatkan self-talk positif dan menerima tubuh apa adanya
• Fokus pada kemampuan dan karakter, bukan penampilan fisik
• Berkonsultasi dengan psikolog atau konselor bila tekanan mulai memengaruhi kehidupan sehari-hari
Standar kecantikan yang tidak realistis bukan hanya isu sosial, tetapi juga masalah kesehatan mental yang serius. Penting bagi masyarakat, terutama orangtua dan pendidik, untuk lebih waspada terhadap dampaknya. Membangun kesadaran akan pentingnya kesehatan mental dan penerimaan diri dapat menjadi langkah awal menuju perubahan yang lebih positif.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)