MALANG - Kawasan Gunung Arjuno kembali membuat pendaki hilang dan tersesat. Total ada 11 pendaki yang naik gunung secara ilegal dari area Kebun Teh Wonosari, Lawang, hingga akhirnya tersesat di Bukit Lincing, pada Rabu (29/5/2025) lalu.
Hilangnya 11 pendaki itu kian menambah deretan pendaki yang hilang di Gunung Arjuno, yang memang memiliki keangkeran luar biasa.
Beruntung 11 pendaki itu berhasil ditemukan dan dievakuasi oleh tim gabungan dalam keadaan selamat. Total ada 11 pendaki berinisial EY (45), A (45), dan V (18) asal Jl. Plaosan Barat, Kota Malang; S (18) asal Wagir, Kabupaten Malang; MRM (17) asal Blimbing, Kota Malang; AZ (46) dan NF (46) asal Sapto Renggo, Kecamatan Pakis.
Kemudian ada empat orang lainnya yakni KA (42) dan LN (45) asal Lawang, NPI (15) dari Dusun Sapto Renggo, Pakis, dan KM (18) asal Dusun Krajan Tengah, Desa Wonorejo, Kecamatan Lawang.
Praktisi spiritual Ki Mudo Leksono menuturkan, bila penerawangan mata batinnya di Gunung Arjuno ada sebuah permukiman gaib yang kerap mengganggu aktivitas pendaki di gunung.
Permukiman ini dihuni oleh beberapa makhluk menyerupai manusia namun berpakaian Jawa zaman dahulu lengkap dengan keris dan parang hingga blangkonnya.
"Memang di sana banyak aktivitas gaib yang tidak bisa dilihat semua orang. Orang-orangnya pakai pakaian Jawa zaman dahulu, ya pakai blangkon dan keris juga," kata Ki Mudo Leksono.
Menurutnya, orang-orang zaman dahulu itu berpakaian hanya bercelana saja dengan pakaian menyerupai rompi dan dadanya telanjang. Sementara ada kaum bangsawan yang mengenakan pakaian. Kehidupan mereka juga terdapat pemimpinnya layaknya kerajaan di masa lampau.
"Caranya berpakaian memang kerajaan, nggak pakai blangkon, pakaiannyatelanjang dada. Ada yang bangsawan pakai kain sedikit, seperti di film-film," imbuhnya.
Sering juga aktivitas gaib layaknya acara pernikahan seperti bunyi gamelan, atau musik-musik Jawa di masa lalu. Aktivitas itu bahkan kerap kali mengganggu pendakian jika tak waspada dan konsentrasinya lengah.
"Di pasar kelihatan banyak orang, mereka lewat seperti prajurit, aktivitasnya kalau malam mulai, habis maghrib sampai pagi. Itu kayak di pasar, cuma di sana seperti zaman dahulu. Ada istana kerajaan gaib juga, ya persis ada rajanya juga," katanya.
Di sisi lain, salah satu pendaki Gunung Arjuno yang pernah tersesat Muhammad Naam juga mengakui, adanya aktivitas gaib yang tinggi di gunung setinggi 3.339 Mdpl. Ia mengaku kerap kali melihat orang-orang dengan penampilan aneh saat tersesat di hutan Gunung Arjuno. Dirinya bahkan melihat istana layaknya di kerajaan - kerajaan lengkap dengan raja di dalamnya.
"Ada pendopo tempat kayak raja, jadi raja diam di depannya orang banyak, kayak di pendopo. Pendoponya besar tapi nggak ada penghalangnya. Cuma ada tiangnya saja. Di alas mana nggak tahu saya, nggak tahu posisinya dimana itu bukan alam kita," ungkap Naam dikonfirmasi terpisah.
Keanehan juga terdapat pada pepohonan yang ada di sekitarnya. Pepohonan itu memiliki tinggi yang lebih besar dan akar yang menjulang tinggi hingga ke atas. Konon akar pepohonan itu merupakan akar mimang yang kerap kali membuat orang-orang tersesat, karena hanya ada di alam tak kasat mata.
"Aneh pohonnya baru kali itu baru aku lihat, pohonnya besar - besar, kadang akarnya sampai ke atas. Kalau lihat ke arah matahari sudah nggak kelihatan. Kabut pasti, kabut mulai datang kabut itu menutupi hutan sampai mau subuh hutan tok itu. Itu (kabut) tandanya masuk di alam mereka," paparnya.
Namun selama berada di alam gaib itu Naam mengaku tak banyak berkomunikasi dengan makhluk tak kasat mata tersebut. Dia memilih untuk diam ketika berada di alam mereka.
"Karena pertama mereka itu acuh tak acuh jadi ya nggak mau komunikasi tetap diam, nggak tahu kehadiran saya. Makanya nggak interaksi," tukasnya.
Sebelumnya diberitakan, 11 pendaki di Gunung Arjuno dilaporkan tersesat oleh rekannya. Kesebelas orang itu naik ke gunung berbekal informasi video dari YouTube, pada Rabu (28/5/2025). Tapi ketika naik ke puncak melalui jalur tidak resmi atau ilegal dari Kebun Teh Wonosari hingga menuju kawasan Bukit Lincing, mereka tersesat dan kehilangan jejak.
Kemudian salah satu dari 11 orang itu menghubungi satu rekannya di bawah, yang kemudian meneruskan laporan itu ke petugas terkait. Petugas pun melakukan proses pencarian melibatkan tim gabungan dari Perhutani, petugas Taman Hutan Raya (Tahura) Raden Soerjo, tim SAR, TNI-Polri, dan relawan.
Tim gabungan mulai melakukan pencarian sejak pukul 10.00 WIB. Setelah lebih dari lima jam penyisiran, seluruh pendaki akhirnya berhasil ditemukan dan dievakuasi pada pukul 15.30 WIB dalam kondisi selamat.
(Khafid Mardiyansyah)