5. Semut Gurun (Cataglyphis)
Tanpa petunjuk visual di gurun yang gersang, semut ini mengandalkan penghitungan langkah dan posisi matahari untuk kembali ke sarang setelah mencari makanan, menjadikannya makhluk kecil dengan otak navigasi super.
Beberapa hiu, seperti great white, mampu berenang ribuan kilometer dan kembali ke tempat makan atau berkembang biak tertentu. Mereka memiliki kemampuan magnetoresepsi, yaitu mendeteksi medan magnet bumi sebagai petunjuk arah.
Tak hanya menggulung kotoran, kumbang ini juga menggulungnya secara lurus! Mereka menggunakan cahaya bintang dan galaksi Bima Sakti untuk bernavigasi di malam hari – satu-satunya makhluk darat yang terbukti melakukan hal ini.
Mamalia laut ini mengandalkan bentuk dasar laut dan memori lokasi pesisir untuk kembali ke area berburu yang sama setiap tahun, bahkan di tengah kabut dan kondisi visibilitas rendah.
Selain echolocation, kelelawar juga menggunakan cahaya terpolarisasi dan medan magnet untuk bernavigasi saat terbang jarak jauh dalam gelap, menjadikannya salah satu navigator malam paling efisien.
Trout pelangi memanfaatkan sensor penciuman mereka untuk merasakan medan magnet, memungkinkan mereka menemukan jalur sungai kompleks untuk kembali ke tempat berkembang biak.
Kemampuan navigasi hewan-hewan ini membuktikan bahwa alam telah menciptakan sistem orientasi yang jauh lebih kompleks dan canggih dari yang pernah kita bayangkan. Penelitian terhadap mereka tidak hanya membuat kita kagum, tetapi juga memberi inspirasi dalam mengembangkan teknologi navigasi masa depan—mungkin suatu hari manusia akan meniru “kompas hidup” dari dunia fauna.
(Kemas Irawan Nurrachman)