KUNJUNGAN wisatawan ke Kota Batu hingga bulan Juli 2024 tercatat masih rendah dari yang ditargetkan. Secara akumulasi di tahun 2024 ini Kota Wisata Batu menargetkan adanya 12 juta wisatawan berkunjung, naik dari tahun 2023 lalu sebanyak 10 juta wisatawan.
Penjabat Wali Kota (Pj Walkot) Batu, Aries Agung Paewai menyatakan, hingga akhir semester pertama kemarin di Kota Batu setidaknya ada 4,9 juta wisatawan berkunjung. Jumlah itu memang masih tergolong sedikit, tapi ia optimis sebab di momen libur sekolah kemarin, masuk di semester kedua yang datanya belum masuk ke Pemerintah Kota (Pemkot) Batu.
"Mudah-mudahan ada perkembangan yang signifikan. Momen momen liburan yang nanti masuk di semester 2 bisa berdampak pada perkembangan wisatawan yang masuk di Kota Batu," ucap Aries Agung Paewai saat ditemui di sela event wisata, Rabu (7/8/2024).
Dari jumlah 4,9 juta wisatawan itu, setidaknya perputaran uang yang dihasilkan mencapai Rp3 triliun. Jumlah itu termasuk nilai investasi sebesar Rp690 miliar yang masuk ke Kota Batu.
"Kalau melihat investasi saja itu sudah Rp690 miliar. Berarti untuk perputaran ekonomi yang sudah masuk di Kota Batu sudah hampir mencapai Rp3 triliun lebih. Itu perputaran ekonomi di berbagai objek, baik hotel, restoran, kafe dan juga objek wisata," bebernya.
Menurutnya, wisatawan ke Kota Batu tidak hanya sekadar berwisata saja, tapi ada beberapa perusahaan dan instansi pemerintahan yang melakukan pengembangan kompetensi, dan menjadikan Kota Batu sebagai tujuan destinasi untuk kegiatan yang dirangkaikan dengan menginap.
"Yang paling sangat memberikan dampak positif. Ternyata kota batu tidak hanya sebagai obyek wisata, tapi juga bagian objek dalam pengembangan kompetensi. Jadi banyak perusahaan-perusahaan baik BUMN, BUMD, pemerintah melaksanakan pengembangan kompetensi di Kota Batu. Seperti outbond, family gathering, rakor-rakor, sehingga itu berdampak positif pada perekonomian di Kota Batu," paparnya.
Di sisi lain Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Batu, Sujud Hariadi menuturkan, pada momen libur sekolah lalu memang okupansi dirasa cukup tinggi bahkan mencapai 80 persen lebih.
"Kalau dibandingkan liburan sekolah kemarin banyak, karena kita puncaknya di bulan Juni-Juli, ada peningkatan," kata Sujud, saat dikonfirmasi terpisah.
Namun memasuki bulan Agustus ini, terjadi penurunan signifikan okupansi hotel karena berbagai faktor di antara kemacetan akibat event karnaval peringatan Agustusan, hingga mulainya anak-anak sekolah masuk.
Beberapa titik kemacetan di barat Kota Batu seperti Kasembon, Ngantang, hingga Pujon, yang biasanya mengadakan event karnaval membuat wisatawan dari arah barat berpikir ulang.
"Kalau dari sana (utara Surabaya, Malang, Jakarta via tol) di Karangploso, jadi memang takutnya kayak gitu. Kalau Agustus memang agak low seperti itu," tandasnya.
(Rizka Diputra)