KOMITE Farmasi Nasional pada 2019 lalu mencatat jumlah apoteker di Indonesia hanya 2,85 orang per 10 ribu penduduk. Jumlah itu jauh lebih rendah dari rata-rata data global sebanyak 7,36 Apoteker per 10 ribu penduduk.
Meskipun jumlah lulusan farmasi meningkat setiap tahun, kepadatan apoteker di Indonesia tetap sangat rendah. Sehingga dibutuhkan upaya strategis untuk percepatan pemenuhan jumlah apoteker melalui kemajuan pendidikan dan praktik farmasi.
Seperti yang dilakukan jaringan apotek resep terbesar di Malaysia, Apotek Alpro dan Asosiasi Perguruan Tinggi Farmasi Muhammadiyah Aisyiyah (APTFMA). Mereka memberikan kesempatan pelatihan Apoteker Terdaftar Sementara (PRP) di 21 Universitas lokal.
Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) kerjasama antara Apotek Alpo dan APTFMA itu dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Surakarta pada Sabtu, 29 Juni 2024 lalu. MoU ini bertujuan untuk mengatasi kesenjangan ini dengan meningkatkan pendidikan farmasi dan memberikan lebih banyak peluang lapangan bagi lulusan farmasi di Indonesia.
Apoteker dr. Erindyah Retno W (Ph.D), Ketua APTFMA, mengatakan MoU ini merupakan tonggak penting dalam upaya mereka untuk meningkatkan pendidikan farmasi di Indonesia.
Dengan berkolaborasi dengan Apotek Alpro dan universitas-universitas yang berpartisipasi, mereka dapat menawarkan kepada mahasiswa pengalaman industri internasional yang berharga.
"Serta tentunya peluang untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan mereka, baik secara akademis maupun profesional," kata Dr. Erindyah dalam keterangannya, Rabu 3 Juli 2024.
Apoteker Lee Yin Chen, Chief Executive Officer Apotek Alpro Indonesia, menyatakan pihaknya berterima kasih kepada APTMA dan universitas-universitas atas kesempatan kolaborasi ini. Di Malaysia, mereka telah bekerja sama dengan 20 universitas lokal untuk menyediakan beasiswa dan pelatihan Apoteker Terdaftar Sementara (PRP).
"Kami berharap dapat berbagi pengalaman kami untuk membina dan mempersiapkan generasi apoteker berikutnya di Indonesia," ujarnya.