STUNTING menjadi salah satu masalah bersama yang belum terpecahkan hingga saat ini. Tak hanya menjadi tugas pemerintah, namun diperlukan kerja sama dari semua instansi untuk mengatasinya. Tergerak dengan masalah stunting di Indonesia, Nutrition International mencoba memberikan edukasi kepada para siswi MTs Ma’arif Sidaraja, Sumedang, Jawa Barat terkait dengan bahaya anemia.
Tak hanya itu, edukasi tentang bahaya anemia terhadap risiko stunting pun didukung oleh UPTD Puskesmas Paseh. Mereka turut serta memantau kondisi kesehatan para siswi MTs Ma’arif Sidaraja secara berkala dalam upaya melakukan pencegahan stunting di wilayah Sumedang.
Kepala MTs Ma’arif Sidaraja, Agus Nurdin Rudiana mengatakan UPTD Puskesmas Paseh rutin melakukan cek hemoglobin (HB) untuk mengetahui apakah anak terkena anemia. Puskemas juga sering datang untuk mengecek yang fungsinya memberikan data yang lebih akurat terkait kondisi kesehatan para siswa.
"Tiap selasa di jam pertama pelajaran siswi wajib meminum tablet tambah darah (TTD)," tutur Agus Nurdin.
Tentunya upaya untuk mengedukasi para murid terkait risiko stunting tidaklah mudah. Sebab ada beberapa tantangan yang kerap dialami oleh pihak sekolah. Pada kesempatan tersebut Agus menjelaskan terkait tantangan yang dialami para tenaga pendidik terkait program tersebut.
"Remaja putri (rematri) kerap merasa mual, takut gemuk, dilarang orangtua, hingga tidak bisa minum obat. Remaja SMP ini kan ada di masa peralihan, istilahnya sudah tidak anak-anak banget tapi belum terlalu dewasa juga. Mereka banyak yang belum bisa minum TTD secara normal, misalnya membutuhkan bantuan pisang saat minum obat," tuturnya.
"Tapi dengan edukasi yang baik, kini para rematri sudah mulai terbiasa dan disiplin dalam mengonsumsi TTD. Dampak program TTD yang dilakukan ini membuat murid-murid perempuan kami lebih ceria. Anak-anak yang biasanya mengantuk saat PMS, kini sudah mulai berkurang," tuturnya.