Nikmatnya Pesor dan Semur Daging Kerbau, Menu Khas Lebaran Masyarakat Desa Cibening

Hendri Irawan, Jurnalis
Jum'at 12 April 2024 11:13 WIB
Menikmati pesor, menu khas Lebaran masyarakat Desa Cibening. (Foto: MPI/ Hendri Irawan)
Share :

JARUM jam menunjukkan pukul tujuh pagi, kala hangat mentari menyapa Desa Cibening, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Di teras depan sebuah rumah, satu keluarga yang tengah berlebaran Idul Fitri nampak santai, duduk lesehan beralas karpet.

Sambil asyik bercengkrama, keluarga yang ternyata kedatangan tamu dari Jakarta, begitu lahap menyantap sarapan pesor dengan lauk semur daging kerbau. Bagi masyarakat Desa Cibening, penganan pesor dengan lauk semur daging kerbau merupakan menu wajib yang harus terhidang di saat Lebaran Idul Fitri.

"Di sini (Kabupaten Bogor) belum terasa lebaran kalau belum makan pesor," kata Lilis, 36, salah satu warga yang menyantap pesor tadi.

Dikatakan Lilis, Pesor penganan tradisional Kabupaten Bogor ini, memang hanya bisa dijumpai saat lebaran Idul Fitri.

"Di hari-hari biasa bukannya tak ada, tapi jarang. Walaupun ada, makan pesor di hari lebaran juga terasa beda dibanding hari-hari biasa. Makanya saat lebaran, tiap rumah bikin pesor dan juga semur daging kerbau," ujar Lilis.

Pesor, penganan berbahan baku beras ini tak ubahnya seperti lontong atau ketupat yang banyak dijumpai di daerah-daerah di Indonesia. Yang membedakan adalah bungkusnya. Jika ketupat dibungkus dengan daun kelapa dan lontong dibungkus dengan daun pisang atau plastik, sementara pesor dibungkus dengan daun patat (sejenis tanaman ganyong).

Tak hanya itu, sebelum dimasak dengan cara dikukus, beras untuk bahan baku pesor terlebih dahulu ditumbuk sampai halus. Sedangkan beras untuk ketupat dan lontong tidak ditumbuk, melainkan langsung direbus atau dikukus.

"Masak pesor juga ga lama, karena berasnya sudah ditumbuk dan halus. Paling dua setengah jam sudah matang. Kalau ketupat atau lontong kan merebusnya bisa lima sampai enam jam," kata Lilis.

Tekstur pesor yang lembut dibalut wangi daun patat yang membungkusnya memang menimbulkan sensasi berbeda dibanding lontong atau ketupat. Citarasa pesor terasa pecah di lidah saat disantap dengan gurihnya semur daging kerbau yang berkuah kental.

Istimewanya lagi, daging kerbau yang berserat tebal, kenyal dan biasa berbau prengus, oleh masyarakat desa Cibening bisa diolah menjadi semur yang teksturnya terasa sangat empuk dan lembut, bahkan aromanya sangat wangi dan begitu menggugah selera.

"Masyarakat desa Cibening sudah biasa mengolah daging kerbau sehingga sangat paham resepnya. Masyarakat sini sangat jarang sekali yang masak daging sapi atau ayam seperti kebanyakan ditemui di daerah-daerah lain di Indonesia," kata Wak Imas, 70, juga warga Cibening.

Diketahui, pesor sebenarnya tidak hanya dikenal di Desa Cibening, Kabupaten Bogor saja, tapi juga di Kota Bogor, Bekasi bahkan sampai Jakarta, persisnya di kalangan masyarakat Betawi. Khusus di Kota Bogor, pesor biasa disantap dengan campuran irisan tahu goreng, kentang dan telor rebus, yang disiram kuah bumbu kacang yang sudah dihaluskan.

Paduan makanan tradisional yang mirip kupat tahu ini dikenal dengan nama Doclang. Di Kota Bogor sendiri, tempat untuk wisata kuliner seperti Doclang bisa dijumpai di Jalan Jembatan Merah atau Jalan Veteran yang dijual oleh para pedagang kaki lima.

Selain di Bogor dan wilayah sekitarnya, ternyata pesor juga dikenal di daerah Buleleng Bali dan Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Bedanya, pesor di Lombok dan Buleleng berbentuk segitiga atau kerucut, dan dibungkus dengan daun pisang. Sedangkan pesor khas Bogor bentuknya bulat panjang atau lonjong dan dibungkus daun patat.

(Leonardus Selwyn)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Women lainnya