Dokter di Gaza Ceritakan Kekejian Tentara Israel, Penembak Jitu Targetkan Ibu Hamil

Wulan Savitri, Jurnalis
Selasa 06 Februari 2024 23:00 WIB
Kekejian tentara Israel. (Ilustrasi: Freepik.com)
Share :

SERANGAN Israel menewaskan seorang wanita hamil di Gaza bagian utara. Hal ini diungkapkan dokter spesialis kandungan di Kompleks Medis Al-Shifa, Fadia Malhis pada Sabtu 20 Januari 2024.

Berdasarkan informasi dari akun resmi X (Twitter) @anadolu Agency, penembak jitu menargetkan ibu hamil. Dokter Malhis mengungkapkan serangan itu menyebabkan kematian empat anggota keluarga saat berada di perjalanan menuju rumah sakit.

“Ada seorang ibu hamil yang akan melahirkan pada tengah malam hari. Saat itu dia pergi ke rumah sakit bersama suami dan saudara iparnya, tetapi saat di perjalanan tembakan rudal menghantam mereka,” ujar Malhis, dikutip dari Anadolu Agency (AA), Selasa (6/2/2024).

Menurut laporan, suami dan saudara ipar sudah tidak bernyawa. Sementara itu, wanita hamil tersebut meninggal tepat delapan menit setelah tiba di rumah sakit. Oleh karena itu, tim medis berusaha melakukan operasi caesar untuk menyelamatkan bayinya.

“Bayinya tidak bernafas, tetapi kami segera melakukan CPR. Tidak lama kemudian, jantung bayi itu kembali berdetak. Sayangnya, sang ibu terluka parah lantaran peluru di perut yang menyebabkan pendarahan sehingga kami kehilangan bayi tersebut,” tuturnya.

Pasukan Israel telah mengepung kawasan Jalur Gaza utara selama tiga minggu. Hal itu membuat masyarakat Gaza menghadapi masa-masa sulit. Malhis juga mengatakan Rumah Sakit Al-Shifa mengalami kerusakan, termasuk mesin MRI.

Pengungsi dan pasien pun diminta meninggalkan wilayah rumah sakit. Sebagian besar dokter beserta semua laki-laki di daerah tersebut ditahan oleh pihak Israel. Tidak hanya itu, tempat tinggal dokter Malhis juga menjadi target serangan bom.

Situasi di Gaza utara semakin memburuk, tidak ada tempat aman bagi masyarakat. Malhis dan pengungsi lainnya pun berlindung di RS Al-Shifa tanpa persediaan obat-obatan, makanan, ataupun bantuan.

Akan tetapi, berkat upaya para dokter Palestina, Unit Gawat Darurat (UGD) RS Al-Shifa kembali beroperasi. Hal itu dikarenakan tidak ada rumah sakit besar yang dapat menyediakan layanan di Jalur Gaza utara karena serangan dan blokade Israel.

“Kami berada dalam situasi sulit dan sangat buruk. Meskipun seluruh dunia menyaksikan, tetapi tidak ada yang membantu,” katanya.

Hingga kini sudah lebih dari 100 hari berlalu, genosida tidak pernah berakhir. Warga terus-menerus mengalami kesulitan mendapatkan air dan makanan. Selain itu, Malhis juga menekankan sekitar 50.000 wanita hamil di Gaza menjadi target serangan Israel.

“Wanita hamil di sini (Gaza) berada dalam kondisi yang mengancam nyawa, situasi kian memburuk dan kami tidak berdaya tanpa perawatan atau pengobatan,” ujarnya.

Dokter kandungan itu berharap dapat bertemu kembali dengan keluarga. Dia juga telah mengajukan permohonan meninggalkan Gaza dan pergi ke Turki bersama anak-anaknya.

“Ini adalah neraka. Saya berharap bisa bertemu kembali dengan suami di Istanbul,” tuturnya.

(Leonardus Selwyn)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita Women lainnya