Indonesia kata dia, harus ikut serta dan mempersiapkan daerah-daerah yang memiliki karakter hijau dan ramah lingkungan. Upaya tersebut diharapkan dapat membuat prioritas bagi para pelancong yang semakin menginginkan pengalaman pariwisata berkelanjutan.
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kabinet Indonesia Bersatu II periode 2011-2014 ini menambahkan, pengembangan pariwisata berkelanjutan jangan sampai melenceng dari keaslian dan keindahan alam yang sudah ada.
Ia pun memprediksi, tren utama dalam industri pariwisata tahun ini cenderung tetap berfokus pada wisata alam dan budaya.
“Wisata alam, wisata budaya tetap kayaknya seperti itu. Hanya yang membedakan adalah wisata alam ini juga lebih ditekankan kepada daerah-daerah yang menarik. Nah, jangan lupa juga adalah sport event ini juga menjadi bagian penting dari pariwisata ke depan. Ada sport event, tidak hanya motor (MotoGP) tapi juga yang lainnya seperti marathon, triathlon dan sebagainya,” ujar Sapta.
(Foto: Biro Komunikasi Kemenparekraf)
Sekadar informasi, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno terus mendorong pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) agar dapat berkontribusi pada ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
Adapun pada tahun 2024 ini, pemerintah menargetkan jumlah wisatawan mancanegara (wisman) sebanyak 14,3 juta dan pergerakan wisatawan domestik mencapai 1,5 miliar serta nilai devisa pariwisata sebesar Rp202,3 triliun.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) memproyeksikan empat tren pariwisata dan ekonomi kreatif pada tahun 2024.
Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo, dalam Jumpa Pers Akhir Tahun (JPAT) yang berlangsung secara hybrid di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Jakarta belum lama ini menjelaskan, keempat tren pariwisata yang diproyeksikan pada 2024 yaitu Bleisure, Wellness Experience, Deep and Meaningful, dan Set-Jetting.
(Foto: Biro Komunikasi Kemenparekraf)
Menurut Angela, kembali pulihnya perjalanan bisnis secara global dan tumbuhnya kebebasan untuk bekerja jarak jauh meningkatkan fleksibilitas untuk berwisata di sela rutinitas pekerjaan, pelaku perjalanan bisnis terus menginkorporasi aktivitas leisure dalam komitmen pekerjaannya, sehingga menjadikan Bleisure (business and leisure) sebagai tren yang akan terus tumbuh pascapandemi.
“Ini akan semakin meningkat ya bagaimana orang akan menggabungkan bisnis dan leisure menjadi satu, ini sebetulnya menguntungkan untuk kita, karena Jakarta menjadi pusat untuk bisnis, dan ini kita bisa bawa dari Jakarta untuk para wisatawan yang tadinya berbisnis untuk bisa berwisata ke Bali, ke Labuan Bajo, ke Borobudur,” ujar Angela.
(Rizka Diputra)