KISAH Datu Nuraya mungkin tidak banyak diketahui oleh masyarakat. Kemunculannya pun sangat misterius, ia pertama dan terakhir muncul di daerah Pantai Jati, Munggu Karikil, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan.
Mengutip laman direktoripariwisata.id, nama Datu Nuraya adalah panggilan yang diberikan dari Datu Suban.
Nur diambil dari kata cahaya dan Raya diambil dari hari raya karena beliau datang bertepatan pada hari raya.
Konon, Datu Suban hanyalah guru miskin yang tinggal di Pantai Jati, Munggu Karikil, Kalimantan Selatan. Saking miskinnya Datu Suban dan istri hanya menyantap singkong setiap hari. Namun, ia memiliki ilmu tasawuf tingkat tinggi.
Saat hari raya tiba, Datu Suban kedatangan 13 muridnya, yakni, Datu Ungku, Datu Galuh Diang Bulan, Datu Niang Thalib, Datu Taming Karsa, Datu Murkat, Datu Ganun, Datu Argih, Datu Labai Duliman, Datu Harun, Datu Karipis, Datu Arsanaya, Datu Rangga, dan Datu Sanggul.
Sesaat menyantap hidangan, tiba-tiba ada seorang lelaki berbadan besar seperti raksasa datang. Kedatangan pria misterius itu membuat mereka terkejut sampai mengambil tombak dan parang sambil bersiap menjaga diri.
(Foto: Instagram/@usmat_hidayat)
“Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," kata pria berperawakan raksasa mengucap salam sambil mendekat.
“Wa‘alaikumussalam wa rahmatullahi wabarakatuh,” jawab para Datu yang hadir di tempat itu.
“Maaf, siapakah Saudara, dari mana asalmu, dan apa maksud kedatangan Saudara?” tanya Datu Suban.
Namun, pria misterius itu hanya menjawab 'Laa ilaaha Illallah'. Sampai tujuh kali ia mengulang kalimat itu. Setelah mengucapkan yang ketujuh kali tak disangka pria itu jatuh hingga terbujur kaku.
Para Datu pun memeriksa keadaannya, ternyata lelaki misterius itu sudah wafat. Bersamaan dengan itu mereka mengucapkan "Innalillahi wa inna ilaihi raji’uun,”