5 Kebiasaan Buruk yang Bisa Menyebabkan Kanker Paru, Salah Satunya Merokok

KEBIASAAN buruk yang berbahaya bagi tubuh, seperti bisa menyebabkan kanker paru sebaiknya segera ditinggalkan. Apalagi kanker paru jika tidak dicegah, bisa berakibat fatal.

Ketika kanker paru semakin parah, muncul risiko bahwa kanker dapat menyebar ke jaringan organ tubuh seperti hati, tulang, kelenjar getah bening, dan otak.

Lalu apa saja kebiasaan buruk yang menyebabkan kanker paru melansir WebMD,

 

1. Hobi Minum Alkohol

Sebuah studi yang melibatkan lebih dari 100.000 pecandu alkohol menemukan bahwa mereka yang minum lebih dari tiga alkohol per hari lebih berisiko terkena kanker paru. Penyakit ini bahkan bisa menjangkit mereka yang sekalipun tidak merokok.

 BACA JUGA:

2. Merokok

Menurut American Cancer Society (ACS), penggunaan tembakau menyebabkan sekitar 30% dari seluruh kematian akibat kanker paru.

Kebanyakan orang tahu bahwa merokok adalah kebiasaan berbahaya yang dapat menyebabkan kanker. Namun mereka seakan acuh sampai kanker menggerogoti tubuhnya.

 BACA JUGA:

3. Menjadi Perokok Pasif

Tidak perlu merokok untuk terkena resiko kanker paru-paru. Hanya berada di ruangan yang diisi oleh asap rokok dapat memicu penyakit ini.

Setiap tahunnya, lebih dari 7.000 perokok pasif meninggal dunia akibat kanker paru-paru. Seseorang yang tinggal bersama perokok berisiko terkena kanker paru.

4. Paparan Asbes

Asbes termasuk jenis mineral yang diklasifikasikan sebagai penyebab kanker paru. Penggunaan asbes telah dilarang sejak tahun 1989.

Namun, banyak masyarakat tetap menggunakan asbes dan tidak menyadari bahaya yang ditimbulkannya. Pekerja konstruksi yang bergulat dengan bahan ini beresiko terkena kanker paru jika tidak menggunakan pengaman pernafasan.

5. Tidak Mengenakan Masker di Tempat dengan Polusi Udara

Polusi udara mulai dari asap kendaraan bermotor hingga polusi dari pabrik batu bara dapat memicu kanker paru-paru. Polusi udara yang tinggi menjadi masalah besar di berbagai negara. Dianjurkan mengenakan masker bagi masyarakat yang tinggal di wilayah dengan polusi tinggi.

(Dyah Ratna Meta Novia)