Meski belajar dan bekerja di tempa dengan latar belakang budaya, etos kerja, dan lingkungan yang berbeda, diungkap Yosua hal ini tak menjadi masalah bagi dirinya. Justru ia merasa bersyukur dengan semua pengalaman yang sudah ia dapat selama sekolah dan bekerja di dunia kuliner Amerika.
“Pengalaman yang kamu dapat, tidak bisa direplika di mana-mana. Kultur kerja yang beda dengan di negara lain, intensitas yang tinggi dan kompetitif, bisa mencoba banyak restoran Michelin Star sama koneksi yang kita dapat,” tuturnya lagi
Meski memang, Yosua tak menampik tetap ada hal minus yang ia rasakan bersekolah dan bekerja di dapur restoran Bintang Michelin di kota sebesar dan seramai New York.
“Jam kerja, pressure, biaya hidup di New York ya. Menurutku kalau jamu tidak ingin jadi chef professional chef dan enggak passionate. Jangan deh, karena enggak sepadan. Semua terasa sepadan jika kita sendiri yakin dengan apa tujuan yang ingin kita raih,” pungkas Yosua.
(Rizky Pradita Ananda)