MESKI tempe sebagai salah satu jenis makanan staple masayarakat Indonesia sehari-hari. Tak dipungkiri, olahan kacang kedelai satu ini masih identik dengan makanan sederhana kelas bawah karena harganya yang relatif sangat murah.
Tapi tahukah Anda, kalau berbekal dengan ide kreatif dan inovasi, tempe bisa diolah jadi camilan ‘naik kelas’ kekinian yang sehat, enak dan bisa dijual dengan harga tinggi? Inilah yang dilakukan Benny Santoso, pemilik Tempe Man, UMKM berbasis di Bali.
Di tangan anak muda satu ini, tempe yang sederhana bisa naik kelas menjadi camilan-camilan unik dan menarik. Mulai dari tempe rasa keju, cookies tempe, hingga energy ball yang dibuat sebagai camilan plant-based, gluten free dan sehat serta mampu mendatangkan omset ratusan juta per bulan untuk Benny.
Lantas bagaimana awal kisah Benny merintis UMKM miliknya tersebut? Benny mengisahkan, awalnya ide ini tercipta karena project tugas saat ia berkuliah.
“Awalnya saya kan mahasiswa rantau di Bali, kuliah tata boga nah projectnya itu mengolah tempe rasa keju. Setelah bikin, kasih sample ke teman-teman responnya kok ini enak jadi lebih mewah rasanya,” kata Benny, kala ditemui dalam gelaran Tokopedia Media Workshop UMKM, baru-baru ini di Bali.
Melihat ternyata olahan tempe unik yang sebelumnya tak terpikirkan itu ternyata diminati, dari sinilah Benny tertantang untuk mengolah jenis varian tempe lebih banyak lagi.
(Foto: Okezone/Pradita)
“Akhirnya jadi mikir, tempe ini kita olah jadi apa lagi ya. Selama ini kan biasanya jadi makanan asin-gurih ya. Coba deh bikin jadi makanan manis, akhirnya berbekal ilmu dengan pengalaman sebagai Cook di restoran dan hotel bintang 5, di 2016 kita start sampai saat ini sudah masuk di tahun ketujuh,” tambahnya lagi.
Sebagai pelaku UMKM, Benny sejak awal menekankan bahwa biji kedelai sebagai bahan utama produk bisnisnya harus bisa memberdayakan para petani lokal dan beli langsung dengan harga tinggi. Ia pribadi mengaku tak mau menggunakan kacang kedelai impor dari luar negeri seperti Amerika.
(Foto: Okezone/Pradita)
“86 persen tempe di Indonesia itu sudah dominan impor dari Amerika. Makanya saya kepikiran Tempe Man ini harus support kedelai lokal. Kerjasama dengan petani kedelai lokal, pakai dari Tabanan, Pulaki (Bali Utara) sama ada di beberapa wilayah di Jawa Tengah kayak Grobogan. Begitu juga dengan tempe cokelat, cokelatnya kita kolaborasi sama pengrajin dan artisan cokelat di Bali,” jelas Benny panjang lebar.
Bisa meraih omset hingga puluhan juta per bulan, padahal dengan modal awal hanya sekitar Rp3,5juta. Benny menuturkan, semua butuh proses panjang, salah satunya termasuk terkena dampak pandemi Covid pada 2020.
“Tantangan terberat itu 2020, pandemi Covid dan Bali sebagai destinasi pariwisata terdampak dahsyat. Sebab ini kan awalnya saja jualan offline saja,” ujarnya.
Benny pun memutar otak dan memberanikan diri berjualan secara online, agar usahanya tidak sampai tutup dan bangkrut.
“Akhirnya belajar dan cobain jualan online, lalu pilih masuk ke Tokopedia, ads sosial media juga. Alhamdulillah sebelum jualan di Tokopedia, pandemi bikin anjlok sampai 40 persen. Sejak jualan onlen di Tokopedia omset meningkat puluhan juta bisa back up penjualan offline. Produksi awalnya hanya 3 hari seminggu, sekarang akhirnya full 6 hari seminggu,” curhat Benny.
Pada kesempatan yang sama, Adega Antonia, Kepala Divisi Komunikasi Tokopedia menuturkan, Benny merupakan salah satu contoh pelaku UMKM yang mendapat manfaat dari program Hyperlocal yang ditujukan memang untuk memajukan para anak bangsa sebagai pelaku UMKM-penjual di Tokopedia.
“Kita terus berupaya memajukan pelaku usaha, khususnya UMKM lokal yang mana hampir 100 persen dari 14juta penjual adalah UMKM lokal. Salah satunya lewat Hyperlocal, jadi kita menerapkan Geo Tagging yang tujuannya untuk mendekatkan penjual dan pembeli di mana pun,” tutur Adega.
(Foto: Okezone/Pradita)
“Supaya penjual dari wilayah mana pun bisa mulai bisnisnya, di sisi lain pembeli juga dapat banyak pilihan produk kebutuhan dengan cepat dan efisien,” tambahnya.
Hyperlocal, seperti diungkap Adega, punya banyak tools turunan. Pertama Toko Pilihan, kumpulan halaman kurasi produk penjual yang terdekat dari lokasi pembeli. Kedua ada Dilayani Tokopedia, gudang pintar penyedia pelayanan pesanan sebagai titik titip produk yang bisa prediksi di wilayah mana saja yang permintaan konsumennya tinggi.
Selanjutnya untuk produk kuliner, ada Tokopedianya, Adega menyebut fitur ini menerapkan Geo Tagging.
“Panggung khusus UMKM kuliner yakni makanan dan minuman, untuk bisa lebih mendekatkan lagi dengan para pembelinya,” pungkas Adega.
Terakhir ada Tokopedia Now, layanan instan commerce, di sini pembeli bisa dapat produk maksimal 2 jam setelah pembayaran.
“Kalau Tempe Man pakai fitur kayak flash sale, promo buy 1 get 1, TopAds dan Wawasan Pasar. Contoh, Wawasan Pasar ini sangat bermanfaat bagi saya sebagai penjual karena bisa tahu produk terpopuler yang lagi banyak dicari pembeli di wilayah tertentu. Ini bantu banget melakukan riset dan inovasi produk, supaya lebih relevan dengan kebutuhan pasar,” tutup Benny.
(Rizky Pradita Ananda)