ETNIS Dayak merupakan penduduk asli Pulau Kalimantan. Dayak secara umum terdiri dari enam suku besar atau rumpun dan 405 sub suku. Masing-masing memiliki tradisi budaya yang agak mirip satu sama lain.
Misalnya antara Dayak Iban dan Dayak Kenyah. Meski sama-sama Dayak, tapi kedua kelompok suku ini punya sederet perbedaan mulai dari daerah tinggal hingga bahasa.
Mengenal suku Dayak Iban dan Dayak Kenyah
BACA JUGA:
Dayak Iban
Suku Dayak Iban adalah etnis Dayak yang mendiami wilayah Kalimantan Barat, Sarawak ( Malaysia), dan Brunei. Nama “Iban” berasal dari bahasa asli Iban yang berarti manusia atau orang.
Menurut Mitos, Dayak Iban berasal dari sungai Kapuas di Kalimantan, dan kemudian berpindah ke Sarawak karena ketidakpedulian suku.
Warga Dayak
Dayak Iban terkenal dalam sejarah karena mempraktikkan pengayauan ( memotong kepala musuh) dan migrasi teritorial. Karena praktik tersebut Dayak Iban memiliki reputasi menakutkan sebagai suku yang kuat dan berhasil berperang.
Setelah kedatangan orang Eropa dan kolonisasi, praktik pengayauan mulai meredup, namun banyak aspek budaya dan bahasa Iban terus berkembang.
BACA JUGA:
Dayak Iban tinggal di rumah tradisional rumah panjang yang dikenal sebagai rumah panjai atau betang di Kalimantan Barat. Setiap rumah panjang memiliki dewan tetua.
Dayak Iban memiliki ciri khas, yakni menjamu tamu dengan tuak dan memiliki tato di sekujur tubuh. Tato ini melambangkan pengalaman hidup.
Selain itu, Dayak Iban memiliki pakaian tradisional wanita yang memiliki hiasan kepala dari logam dan kain tenun dengan motif khas dihiasi bulu burung enggang dan ruai di kepala.
Dayak Kenyah
Dayak Kenyah adalah etnis Dayak yang berasal dari dataran tinggi Usun Apau, Sarawak yang kemudian mendiami Kalimantan Utara.
BACA JUGA:
Dayak Kenyah terbagi menjadi dua sub kelompok, yaitu Kenyah dataran rendah dan Kenyah dataran tinggi.
Gawai Dayak 2023 di Sarawak, Malaysia (Okezone.com/Novie)
Suku Dayak Kenyah memiliki warisan seni dan budaya yang sangat kaya seperti seni hias, ukiran, dan tari. Mereka dikenal karena seni hias yang halus dan menarik yang dipakai pada bangunan di Kalimantan Timur.
Dayak kenyah memiliki tradisi memanjangkan telinga. Awalnya, tradisi ini digunakan untuk membedakan mereka dengan monyet karena hidup di hutan. Namun sekarang, telinga panjang menjadi identitas usia dan kecantikan.