KISAH dan tradisi Rabo Wekasan akan dijelaskan dalam artikel ini. Mungkin kalian pernah mendengar istilah Rabo Wekasan? Rabo Wekasan adalah salah satu warisan budaya yang sering diperingati oleh sebagian orang di Indonesia. Ternyata, ada unsur agama Islam dan budaya Jawa dalam tradisi Rabo Wekasan ini.
Lalu, seperti apa kisah dan tradisi Rabo Wekasan itu? Mari simak kisah dan tradisi Rabo Wekasan yang dikutip dari laman Kemdikbud, Senin (18/9/2023).
Upacara Rebo Pungkasan atau biasa disebut Rebo Wekasan, merupakan tradisi yang diadakan pada hari Rabu terakhir pada bulan Sapar atau Syafar yakni bulan kedua dalam kalender Islam. Sementara dalam kalender Jawa, Sapar adalah bulan kedua dan jumlah bulannya dua belas.
Terdapat tiga versi sejarah Rebo Wekasan. Versi pertama, tradisi ini sudah ada sejak tahun 1784 dan sampai sekarang upacara ini masih tetap dilestarikan. Pada saat itu, hidup seorang kiai yang bemama Mbah Faqih Usman atau dikenal juga dengan Kiai Wonokromo Pertama atau Kiai Welit. Konon kabarnya, Kiai Welit ini memiliki kelebihan ilmu yang sangat baik di bidang agama maupun dalam penyembuhan penyakit.
Pada waktu itu, masyarakat Wonokromo meyakini bahwa Mbah Faqih Usman mampu mengobati penyakit dan metode yang digunakan atau dipraktikkan dalam pengobatan adalah dengan cara disuwuk, yakni dibacakan ayat-ayat Alquran pada segelas air yang kemudian diminumkan kepada pasiennya sehingga pasien tersebut dapat sembuh.
Kemampuan Mbah Kiai Faqih ini terdengar oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I. Untuk membuktikan berita tersebut, Sri Sultan HB I kemudian mengutus empat orang prajuritnya untuk membawa Mbah Kiai Faqih menghadap ke kraton dan memperagakan ilmunya itu. Ternyata, ilmunya mendapat sanjungan dari Sri Sultan HB I karena terbukti ampuh.
Saat Mbah Kiai meninggal dunia, masyarakat pun kemudian meyakini bahwa mandi di pertempuran Kali Opak dan Kali Gajahwong dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan mendatangkan berkah ketenteraman, sehingga setiap hari Rebo Wekasan masyarakat berbondong-bondong untuk mencari berkah.