PASANGAN selebriti Masayu Clara dan Qausar Harta akhirnya dikaruniai anak kembar. Sebelum mereka lahir, rupanya Masayu sudah melakukan berbagai persiapan.
Pasangan ini resmi menikah pada 20 Mei 2022. Kini bayi kembarnya, berkelamin laki-laki lahir pada 9-8-2023. Putranya bernama Lam Agartha Poeteu Harta Yudana dan Vee Agartha Poeteu Harta Yudana.
"Masya Allah Alhamdulillah Ya Allah telah lahir kedua putra kami. Doakan anak kami menjadi anak yang saleh, sehat, dan membawa keberkahan untuk keluarga kecil kami," tulis Masayu dalam Instagramnya.
Lalu bagaimana cara mengasuh anak kembar?
Orangtua perlu memahami pola asuh yang tepat untuk si bayi kembar. Apalagi anak kembar biasanya mempunyai ikatan emosi cukup kuat.
Mulai dari dalam satu kandungan, lalu lahir hanya beda waktu sedikit, kemudian satu kamar tidur, kemana-mana juga selalu bareng sehingga mereka sangat dekat. Ikatan emosional di antara keduanya juga sangat kuat.
“Yang penting bagaimana pola pengasuhan anak kembar harus memunculkan keunikan mereka, menjadi pribadi yang punya karakter sendiri. Misalnya yang satu suka makanan berkuah, yang satunya tidak. Atau yang satu pendiam, yang satunya lagi lebih banyak ngomong. Hal itu tidak masalah. Pada dasarnya mereka adalah individu yang mempunyai keunikan,” urai Indri Savitri, M.Psi, Psikolog dari LPTUI.
BACA JUGA:
Indri menjelaskan, tak dapat dipungkiri, banyak orangtua senang memperlakukan anak kembar dengan serba sama. Mulai dari penampilan, sifat dan karakter juga selalu disama-samakan meskipun berbeda.
Memang kelihatannya lucu dan menggemaskan melihat si kembar memakai baju, sepatu atau hiasan rambut yang sama. Ketika si kembar masih bayi, tak masalah perihal kebiasaan orangtua menyamakan cara berpakaian mereka berdua.
BACA JUGA:
Namun saat mereka bertambah besar. Pada usia di atas 3 tahun biasanya anak kembar mulai ingin merasa berbeda. Baik soal penampilan, memilih jenis makanan atau aktivitas fisik seperti bermain.
Ketika anak ingin tampil berbeda dengan kembarannya, orangtua harus mengikuti keinginan anak-anaknya. Sebaiknya orangtua memfasilitasi, jangan disamakan terus.
Contoh, anak yang satu ingin main bongkar pasang, sedangkan yang satunya lagi ingin main boneka, biarkan mereka melakukan hal yang mereka inginkan.
Jika selalu disama-samakan terus, akibatnya anak akan mengembangkan kepribadiannya di bawah bayang-bayang atau selalu melekat dengan saudara kembarnya. Ia tidak punya identitas diri dan rasa percaya dirinya rendah karena lebih mengikuti kakaknya.
Kepribadian menjadi tidak berkembang normal atau alami, ia menjadi anak yang selalu ikut-ikutan, tidak dapat menjadi diri sendiri.
Hal yang harus diingat, terang Indri, anak kembar sebaiknya tidak dipisah pengasuhannya sejak dari bayi, dalam arti dibesarkan di keluarga yang berbeda. Misalnya dititipkan ke paman/bibinya atau yang masih ada hubungan saudara.
Sebab hal itu akan memengaruhi kepribadian anak tersebut karena anak akan merasa dibuang. Biasanya kelak akan meninggalkan sakit hati atau perasaan terluka sangat dalam atau bisa juga dalam bentuk kemarahan yang dipendam.
(Dyah Ratna Meta Novia)