Kini lambat laun, Bundaran Tugu merupakan simbol dari Malang, bahkan ada idiom belum ke Kota Malang jika belum sempat melintas atau bahkan berfoto di Bundaran Tugu. Bahkan Pemerintah Kota (Pemkot) Malang terus mempercantik bangunan dan menambah infrastruktur penunjangnya.
Sementara itu, anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Malang sekaligus sejarawan Malang Rakai Hino Galeswangi mengungkapkan, bagaimana peristiwa Malang bumi hangus ini dilakukan untuk mencegah Belanda dan sekutunya kembali masuk dan menguasai Malang.
"Malang dibumihanguskan oleh tentara pejuang demi menghindari Kota Malang dikuasai Belanda. Selanjutnya gedung - gedung, seperti Balai Kota Malang, Gedung Sekolah HBS (AMS) yang sekarang menjadi sekolah SMA, kediaman panglima militer Belanda, Hotel Splendid, dan beberapa bangunan villa di sekitar pusat kota dibakar," papar Rakai Hino Galeswangi.
Barulah usai rangkaian mempertahankan kemerdekaan dan berhasil mengusir Belanda di agresi militer I dan II, pemerintah Indonesia kembali perlahan-lahan membangun sejumlah bangunan itu, termasuk di antaranya Balai Kota Malang dan bundaran.
"Ketika balai kota didirikan lagi, dengan peresmian dari Bung Karno, bundaran di depannya itu dikasih tugu itu, jadi tugu itu bukan ikon Kota Malang, tapi tugu simbol kemerdekaan Indonesia, ditaruh di depannya Balai Kota Malang,” tutur Rakai Hino kembali.
(Simon Iqbal Pahlevi)