60 Persen Remaja Usia 16 Tahun Lakukan Seks Bebas, Begini Kata Sosiolog

Melati Pratiwi, Jurnalis
Jum'at 04 Agustus 2023 11:33 WIB
Seks bebas di kalangan remaja, (Foto: RawPixel/Freepik)
Share :

ANAK-anak remaja di bawah umur di Indonesia sudah banyak yang melakukan hubungan intim, alias seks bukanlah isapan jempol semata. Menurut data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), nyatanya 60 persen remaja di usia 16 hingga 17 tahun sudah melakukan hubungan intim.

Merespon fakta di atas, Argyo Demartoto, Sosiolog dari Prodi Ilmu Sosiologi Universitas Sebelas Maret, mengatakan, situasi seperti ini memang bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari internal maupun eksternal.

Dihubungi melalui telepon, Argyo menjelaskan, faktor internal sendiri bisa berasal dari hasrat atau dorongan seksual karena anak-anak usia remaja telah mengerti tentang sistem reproduksi.

"Ada dorongan seksual dari masa remaja, yang masa reproduksinya masuk di usia subur, kemudian juga motivasi seksual terutama ya itu dorongan internal,” ujar Argyo Demartoto, saat dihubungi MNC Portal, Jumat (4/8/2023).

“Hasrat seksual ketika bersama pacar atau partner begitu,” imbuhnya.

Tak hanya faktor dari dalam diri, seperti dorongan biologis. Faktor eksternal pun tak kalah mempengaruhi. Contoh faktornya bermacam-macam, misalnya pengetahuan soal kesehatan reproduksi bisa dengan mudah didapatkan melalui media sosial.

Tapi lebih dari itu, keputusan remaja berusia 16 hingga 17 tahun tersebut untuk mau melakukan hubungan intim bisa juga dipengaruhi oleh era alias jaman yang sudah berubah. Para anak remaja merasa sudah bisa mengambil keputusan hidupnya sendiri, lantaran merasa sudah pandai mencari uang sendiri. Hal ini didukung oleh kemudahan di era digital dalam menghasilkan uang.

Sehingga, ketika mereka melakukan hubungan seks dan berisiko hamil, kemungkinan merasa tak harus bergantung pada keluarga.

"Mereka sudah pintar memperoleh uang. Oh kalau saya nanti membentuk  keluarga saya bisa dapat uang dari media sosial, katakanlah menjadi Youtuber, influencer , media sosial, dan lain sebagainya, jadi saya bisa menghidupi keluarga saya," kata sang sosiolog.

"Kalau di ilmu sosiologi, ini disebut risk society masyarakat yang beresiko," lanjut Argyo.

Argyo menilai idealnya memang setiap anak remaja bisa menggunakan refleksivitas dirinya sendiri, yang digunakan untuk mencegah perilaku berisiko tersebut.

"Kalau konteks ini remaja ada hasrat seksual terhadap pasangannya, kemudian mereka bisa menyaring itu. 'Kalau saya melakukan hubungan intim, dari pengetahuan yang saya peroleh saya akan hamil duluan, tetapi kalau saya menggunakan kondom saya bisa tidak hamil'. Seperti itu," tutup Argyo panjang lebar.

(Rizky Pradita Ananda)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Women lainnya