STUDI terbaru menunjukkan bahwa sebanyak 1 dari 22 orang merupakan psikopat. Ini berarti ada kemungkinan kita bertemu dengan salah satunya saat kita menjalani aktivitas harian.
Namun, perlu dicatat bahwa tidak semua psikopat melakukan kejahatan yang membahayakan masyarakat. Faktanya, beberapa psikopat terus menikmati karir yang sangat sukses dan suka dengan naik jabatan dan selalu unggul dalam posisi kepemimpinan, seperti CEO.
Tapi apa sebenarnya psikopat itu? Apa bedanya dengan gangguan kepribadian lainnya?
Dikutip dari New York Post, Psikolog dari Melbourne, Carly Dober menjelaskan, memang banyak yang bingung membedakan psikopat dengan gangguan kepribadian lainnya.
“Di bidang kami, diagnosis 'psikopat' sebenarnya diganti dengan 'gangguan kepribadian anti-sosial' (ASPD), yang berfokus terutama pada aspek perilaku psikopati," ujar Director The Australian Association of Psychologists Incorporated, Carly Dober.
“Ini termasuk agresi, impulsif, pelanggaran hak orang lain, tidak berperasaan, tidak punya penyesalan, dan narsisme. Dalam beberapa pengaturan hukum, istilah tersebut masih dapat digunakan,” kata Dober.
Meskipun punya gambaran seorang psikopat seperti di film-film Hollywood, seperti American Psycho.
“Faktanya kebanyakan psikopat tidak memilih untuk menjadi penjahat," terang Dober.
“Kita tahu bahwa kepribadian terbentuk selama masa kanak-kanak. Pengalaman mereka kemungkinan besar dibentuk oleh gen yang diwariskan, serta situasi dan pengalaman hidup," ujarnya.
“Jadi, meskipun sifat psikopat memang membuat orang lebih rentan melakukan kejahatan, tidak semua orang akan melakukan kejahatan, artinya tidak semua psikopat jadi penjahat," katanya.
BACA JUGA:
Bahkan, lanjutnya, menurut sebuah studi tahun 2019, sejumlah orang dengan sifat psikopat malah bisa menjadi pemimpin yang sukses.
“Ketika para bos memiliki kecenderungan psikopat, karyawan mereka benar-benar tidak menyukai mereka,” katanya.
BACA JUGA: