KONDISI kesehatan David Ozora diketahui mengalami kemajuan sedikit demi sedikit, lebih baik daripada sebelumnya.
Disampaikan oleh perwakilan keluarga David, Alto Luger, kini remaja berusia 17 tahun itu sudah bisa menjalani terapi Stem Cell sebagai salah satu upaya pengobatan dirinya.
"Jam 09.00 tadi dimulai terapi stemcell sampai 3 jam ke depan. David sehat dan secara medis sangat prima untuk dilakukan penyuntikan 100 juta sel melalui saluran infus,” kata Alto pada awak media, Sabtu (8/4/2023)
Alto melanjutkan, penyuntikan stem cell tersebut cukup dilakukan melalui media infus, karena melihat kondisi kesehatan David yang sudah sehat.
"Tidak perlu (penyuntikan) dilakukan melalui tulang belakang. karena kondisi kesehatannya sudah sangat baik,” jelas Alto.
Secara medis, stem cell sendiri merupakan sel punca yang terdiri dari sel induk yang bisa berkembang menjadi berbagai sel di dalam tubuh. Terapi stem cell disebut menawarkan banyak manfaat.
Mulai dari menghasilkan sel sehat untuk menggantikan sel yang terkena penyakit, hingga berkontribusi dalam pengobatan medis dengan meregenerasi sel-sel rusak di dalam tubuh.
BACA JUGA:
"Sel punca dapat menjadi sel spesifik yang digunakan pada manusia untuk meregenerasi dan memperbaiki jaringan telah rusak atau terkena penyakit," mengutip Mayo Clinic, Sabtu (8/4/2023).
Ketua Asosiasi Sel Punca Indonesia (ASPI), dr. Rahyussalim, SpOT(K), menjelaskan di Indonesia terapi stem cell memang sudah ada, dengan harga terapi di kisaran kurang lebih mencapai Rp10 juta.
"Sebenarnya murah ya, tergantung kepada kasusnya. Jika untuk misalnya pada kebotakan (ringan), misal 10 sampai 20 juta,” kara dr. Rahyussalim,
Ia menegaskan biaya pengobatan dengan stem cell ini, memang disesuaikan dengan tingkat keparahan sakit yang diderita oleh pasien.
“Sementara yang agak berat seperti kelumpuhan, lumpuh bertahun-tahun mengalami kerusakan tidak bisa buang air besar dan buang air kecil, butuh sel yang banyak. Saya rasa ini terjangkau jika membandingkan dengan di luar, Indonesia jauh lebih murah,” papar dr. Rahyussalim dalam acara Collaborative Seminar & Workshop Series BRIN-ASPI 2023 di Jakarta, kala itu.
Lantas siapa saja yang bisa melakoni terapi stem cell ini? Sebagaimana dilansir dari Mayo Clinic, umumnya adalah orangyang mengalami cedera tulang belakang, diabetes tipe 1, penyakit Parkinson, amyotrophic lateral sclerosis, penyakit Alzheimer, penyakit jantung, stroke, luka bakar, kanker, dan osteoarthritis.
Sementara untuk keefektivitasan, diungkap dr. Rahyussalim memang tak bisa disebut sudah pasti 100 persen.
"Saya bilang kita tidak mengatakan 100 persenya, namun hampir semua pasien mengatakan pengobatannya berhasil dan tercapai," kata dr. Rahyussalim menambahkan.
Stem cell sendiri terbagi dua jenis yaitu sel punca embrionik, yang adalah sel induk embrio digunakan berasal dari embrio yang tidak terpakai. Sel induk embrionik ini bersifat pluripoten, artinya bisa berubah menjadi lebih dari satu jenis sel. Sementara tipe kedua adalah sel punca dewasa yang terbagi dua, dari jaringan yang berkembang sempurna seperti otak, kulit, dan sumsum tulang.
Jenis yang kedua adalah sel induk berpotensi majemuk yang diinduksi, dikutip dari laman Stanford Childrens, artinya sel punca dewasa yang sudah diubah di laboratorium menjadi lebih mirip sel punca embrionik.
(Rizky Pradita Ananda)