Menguak Sejarah Asal Usul Nama Pandeglang Banten, Simak Kisahnya

Sri Latifah Nasution, Jurnalis
Rabu 01 Februari 2023 16:00 WIB
Menara air peninggalan Hindia Belanda di Pandeglang, Banten. (ANTARA/Muhammad Bagus Khoirunas)
Share :

PANDEGLANG punya sejarah panjang. Asal usul nama Pandeglang juga dikaitkan dengan cerita masa Kesultanan Banten. Ada beberapa versi kisahnya. Yuk simak seperti apa.

Kabupaten Pandeglang kini masuk dalam Provinsi Banten. Wilayahnya berbatasan langsung dengan Kabupaten Serang di utara, Kabupaten Lebak di timur, serta Samudra Hindia di barat dan selatan.

Pusat kota Kabupaten Pandeglang terletak di 4 kecamatan, yaitu Pandeglang, Karang Tanjung, Majasari, dan Kaduhejo. Pandeglang dijuluki ‘Negeri Seribu Ulama Sejuta Santri’.

Pemerintahan kabupaten telah ada sejak tahun 1828. Saat itu, berdasarkan Staatsblad Netherlands Indie, Pandeglang menjadi bagian dari Kabupaten Serang, yang terbagi ke dalam 11 kewedanaan.

Hingga pada 1 April 1874, Kabupaten Pandeglang dibagi menjadi 9 distrik atau kewedanaan, yaitu:

1. Kewedanaan Pandeglang

2. Kewedanaan Baros

3. Kewedanaan Ciomas

4. Kewedanaan Kolelet

5. Kewedanaan Cimanuk

Pantai di Pandeglang. (iNews)

6. Kewedanaan Caringin

7. Kewedanaan Panimbang

8. Kewedanaan Menes

9. Kewedanaan Cibaliung

Namun, asal usul penamaan Pandeglang sudah ada jauh lebih dulu sebelum datangnya kolonial. Terdapat beberapa versi yang menyebutkan sejarah penamaan ‘Kota Badak’ hingga akhirnya menjadi Pandeglang.

Pandeglang merupakan singkatan dari Pandai Gelang, yaitu tempat tinggal orang yang pandai menempa gelang.

Pada zaman Kesultanan Banten, sang Sultan ingin membuat gelang untuk meriamnya yang bernama Ki Amuk. Namun tak seorang pun yang bisa menempanya.

Kemudian, terdengar kabar bahwa ada seorang pandai gelang dari desa Kadupandak, yang terkenal karena kemasyurannya. Sang Sultan pun menyuruhnya untuk menempa gelang untuk meriamnya.

Pandai besi tersebut pun menyanggupi, dan berhasil membuat gelang untuk Ki Amuk. Material pembuatan gelang tersebut diambil dari potongan bagian belakang Meriam Ki Amuk, yang dilebur menjadi lima pasang.

Alasan pemotongan tersebut awalnya karena bentuk meriam yang hampir sama dengan meriam Ki Jagur. Bagian belakang meriam Ki Amuk memiliki bentuk jari tangan, dengan ibu jari yang diselipkan di antara jari telunjuk dan jari tengah.

Bentuk tersebut dianggap sebagai simbol senggama, dan sangat tidak cocok untuk masyarakat Banten yang kental dengan nuansa Islami.

Versi kedua menyebutkan asal penamaan tersebut berawal dari kisah putri kerajaan, bernama Arum yang tidak mau dilamar oleh pangeran tampan dan sakti, namun memiliki perilaku jahat, Pangeran Cunihin.

Karena diancam kerajaannya akan dihancurkan, Putri Arum tidak bisa menolaknya. Ia kemudian bersemedi untuk mencari jalan keluar. Hingga seorang kakek tua, bernama Pande Gelang datang dan membantunya untuk membatalkan lamaran tersebut.

Setelah menyusun strategi, sang putri memberikan persyaratan kepada Pangeran Cunihin untuk membuat lubang pada sebuah batu keramat, yang memiliki tinggi setara tubuh manusia.

Waktu yang diberikan Putri Arum hanya tiga hari, dan nantinya baru tersebut harus diletakkan di pesisir pantai.

Dengan kesombongannya, Pangeran Cunihin menyanggupi persyaratan tersebut. Batu pun berhasil di lubangi, bahkan dalam waktu kurang dari tiga hari.

Setelahnya Putri Arum menyuruh pangeran untuk melewati lubang di batu keramat tersebut. Batu itu sudah diselipkan gelang sakti oleh Ki Pande sehingga saat melewatinya, kekuatan dan kesaktian Pangeran Cunihin seketika hilang.

Pangeran tiba-tiba berubah menjadi lelaki tua, sementa Ki Pande ikut berubah menjadi pria tampan.

Ki Pande pun menjelaskan bahwa ia sebenarnya adalah seorang pangeran yang dikutuk menjadi lelaki tua, dan dicuri kesaktiannya oleh Pangeran Cunihin.

(Salman Mardira)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita Women lainnya