Mendra mengatakan, sebanyak 238 desa wisata di Pulau Dewata memiliki keberagaman. Dengan melakukan petualangan di lokasi yang berbeda, maka ia percaya wisatawan tak akan henti-hentinya mengeksplorasi Bali.
Desa wisata di Bali antara satu dan lainnya juga memiliki perbedaan tingkatan, kata dia, di mana sekitar 70 persen masih kategori rintisan, dan tak lebih dari 10 desa wisata telah tercatat sebagai desa wisata mandiri yang mampu menghidupi masyarakat lewat kedatangan wisatawan.
"Rintisan itu misalnya belum ada restoran tapi punya air terjun, atau ada tempat mendaki tapi tidak ada penginapan, sementara itu ramai dikunjungi. Kalau Desa Jatiluwih, Penglipuran, Pemuteran, dan Ubud termasuk mandiri. Ubud, kalau ada upacara atau kegiatan justru atraksi dari desa wisata itu yang membiayai, dan kalau di Jatiluwih hasil kunjungan itu diberikan ke masyarakat untuk menanam atau membeli pupuk," jelasnya.
Selain dari tarif retribusi masuk desa wisata yang berkisar di angka Rp10 ribu-Rp15 ribu, tak jarang desa wisata mengumpulkan dana dari donasi, terutama desa yang tidak memungut retribusi, sehingga menurutnya diperlukan pengelolaan dan sumber daya manusia untuk memanfaatkan potensi yang ada.
(Rizka Diputra)