KESEHATAN mental yang buruk bisa berdampak pada kesehatan fisik manusia. Hal itu menyebabkan masalah yang selaras dengan tekanan darah, serta variasi detak jantung, penyakit kardiovaskular, hingga kegagalan organ.
Namun, menurut studi baru yang dilakukan oleh para peneliti di University of South Australia, University of Malaya, Universiti Kebangsaan Malaysia, dan Universiti Tunku Abdul Rahma yang meminjau 12 studi, di mana studi tersebut mengamati kecemasan, depresi, gangguan panik dan sebagainya.
Menurut studi tersebut, usia dan gangguan mental erat kaitannya dengan variasi tekanan yang lebih besar di siang hari.
Selain itu, peneliti tersebut pun menemukan. Bahwa untuk yang mereka yang menderita penyakit mental, detak jantungnya tidak akan beradaptasi dengan sensor eksternal.
Sejumlah peneliti pun menyoroti perihal bertentangan dan kepercayaan. Karena, jantung sehat bukanlah jantung yang berdetak dengan kecepatan yang sama sepanjang waktu, tapi jantung yang menyesuaikan berdasarkan perihal lingkungan psikoligis.
Variasi detak jantung yang berkurang pun bisa terlihat daripada orang dengan penyakit mental, kemudian menunjukan bahwa respons stres tubuh buruk, bapabila memperburuk efek negatif dari stres kronis.
Karena itu, kendati varian tekanan darah di siang haru bukan yang paling ideal, tekanan sistolik di malam hari, diperkirakan bisa turun sektiar 10 hingga 20 persen, guna memungkinkan jantung istirahat.
Tapi, para peneliti melihat, ada orang yang mengalami masalah mental, tapi tidak melihat penurunan di malam hari.
Penurunan dipping yang bisa dibawah 10 pesen, bisa diakibatkan oleh sejumlah faktor. Dari mulai kualitas tidur yang buruk, ritme sirkadian yang terganggu dan sebagainya.
Dr Renly Lim, salah satu peneliti utama dalam penelitian ini menjelaskan, bahwa kamu perlu lebih memperhatikan dampak fisik dibanding mental.
"Ini adalah beban global utama, yang mempengaruhi antara 11-18 persen. (satu miliar) orang di seluruh dunia. Karena penyakit mental dapat berkontribusi pada penurunan regulasi jantung dan tekanan darah, intervensi terapeutik dini sangat penting," ujar Dr Renly Lim.
(Vivin Lizetha)