KEMENTERIAN Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bersama Surplus Indonesia menawarkan metode baru untuk mengubah perilaku pemanfaatan makanan dan minuman yang ada di industri perhotelan serta restoran.
Metode tersebut terkandung di dalam Program Sustainable Food Tourism untuk menekan tingkat food waste dan food loss (sampah makanan) di Indonesia melalui kolaborasi dengan Surplus Indonesia, yakni platform digital penyedia layanan membeli makan yang belum terjual sebelum waktu tutup restoran dengan diskon 50 persen.
“Masyarakat, konsumen, atau wisatawan, harus melakukan perubahan perilaku karena kita lihat industri perhotelan dan restoran serta industri makanan dan minuman penyumbang terbesar daripada food waste dan food loss yang ada di dunia saat ini,” kata Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf, Henky Manurung.
Selain bersama Surplus Indonesia, Kemenparekraf berkolaborasi dengan The Ascott Limited-Indonesia, Artotel Group, dan Swiss-Bellhotel International untuk mengurangi sampah makanan di Indonesia.
Sekadar informasi, menurut Kajian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), sampah makanan yang terbuang di Indonesia sejak tahun 2000 hingga 2019 sebanyak 23-48 juta ton per tahun atau 115-182 kilogram per kapita tiap tahun.
Negara juga mengalami kerugian ekonomi hingga Rp551 triliun per tahun atau lima persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan kehilangan kandungan energi setara dengan 125 juta penduduk Indonesia dan penambahan emisi karbon karena makanan yang terbuang.
(Rizka Diputra)