Mengenal Budaya Uri-Uri Majapahit dalam Festival Mojotirto

Antara, Jurnalis
Kamis 24 Maret 2022 06:03 WIB
Share :

SELASA Pagi 22 Maret 2022 kabut masih menyelimuti sebagian Kota Mojokerto, Jawa Timur dengan hawa dingin yang masih menyeruak.

Di pinggiran Sungai Ngotok yang membelah Kota Mojokerto, ​​​​tepatnya di bawah jembatan Rejoto terdengar sayup-sayup suara gending gamelan. Umbul-Umbul dan janur kuning melengkung menambah maraknya gelaran sebuah acara.

Mojokerto menggelar Festival Mojotirto yang bertepatan dengan peringatan Hari Air Sedunia. Ini merupakan agenda rutin tahunan yang digelar Pemerintah Kota Mojokerto untuk uri-uri (pelestarian) budaya Kerajaan Majapahit yang sempat bertengger di Mojokerto.

Lokasi utama kegiatan ini juga bernuansa Kerajaan Majapahit, dengan simbol gapura khas kerajaan di gerbang utama. Tak jauh, sekitar lima meter terpampang panggung minimalis dengan tinggi kurang dari 50 centimeter dibalut dengan hiasan bambu petung. Tak lupa di atas panggung nampak ornamen matahari yang menjadi simbol kerajaan Majahapit.

BACA JUGA:Begini Prediksi Nasib Pariwisata Lombok Usai MotoGP Mandalika 2022

Tidak hanya nuansa panggung, para pengisi kegiatan juga khas Majahapit, seperti pakaian pasukan kerajaan lengkap dengan tameng dan juga tombak bagi lak-laki. Sedangkan perempuan juga mengenakan pakaian permaisuri kerajaan.

Festival tahunan itu, mulanya dilatarbelakangi tentang Kota Mojokerto yang dilalui oleh tujuh aliran sungai di antaranya Sungai Ngotok, Sungai Brangkal, Sungai Ngrayung, Sungai Watudakon dan juga Sungai Cemporat.

Melalui tujuh aliran sungai tersebut, masyarakat Kota Mojokerto selama ini tidak pernah mengalami kekurangan air, bahkan sampai kekeringan. Karena itulah masyarakat Kota Mojokerto bersama dengan seluruh jajaran pemangku kepentingan mengimplementasikan rasa syukur dan menjadikannya sebagai momen mengangkat tradisi masyarakat melalui Mojotirto Festival.

Ada juga yang menyiratkan, kalau ucapan rasa syukur itu karena Kerajaan Majapahit, merupakan kerajaan agraris. tentunya sebagai kerajaan agraris tidak bisa lepas dari sumber mata air yang harus dijaga dari dulu hingga sekarang.

Namun yang jelas, ada salah satu ritual yang wajib dilakukan selama pelaksanaan festival Mojotirto tersebut yaitu, penuangan air yang diambil dari tujuh sumber mata air dan juga menabur tujuh jenis ikan ke dalam sungai.

Ini merupakan simbol pengharapan sekaligus penghormatan atau upaya pelestarian ekosistem air sebagai sumber kehidupan di wilayah Kota Mojokerto dan sekitarnya. Namun, jika dilihat dari aspek filosofi, air bagi manusia adalah sumber kehidupan, sehingga manusia tidak bisa dipisahkan dari air.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita Women lainnya