TRADISI peresean Suku Sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) masih dilestarikan sampai saat ini. Peresean adalah salah satu dari deretan budaya yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Dimulai sejak abad ke-13, mulanya tradisi ini bertujuan untuk memanggil hujan pada musim kemarau. Namun, peresean telah berkembang menjadi seni ketangkasan seiring berkembangnya zaman.
Tradisi ini adalah pertarungan yang penuh darah, di mana dua laki-laki yang beradu disebut dengan Pepadu.
Pekembar dari penonton lah yang menentukan siapa yang akan bertarung. Bagi yang terpilih harus bersiap turun ke arena perang.
Kedua, Pepadu dibekali senjata rotan yang disebut penjalin, serta perisai dari kulit kerbau untuk adu jotos selama tiga menit.
Peraturan peresean sangat simpel, yakni tidak boleh meyerang bagian perut ke bawah. Peserta hanya diperbolehkan memukul tubuh lawan bagian atas, seperti kepala, pundak, dan punggung.
Baca juga: Yuk Jelajahi Keindahan Gunung Sasak, Objek Wisata Baru Lombok Barat
“Di sini ada empat sampai lima ronde. Ketentuannya sederhana, diberikan 3 kali sanksi maka dia yang kalah,” kata seorang tokoh masyarakat setempat kepada Okezone.
“Atau yang paling sadisnya, darah menetes dari kepala,” tambahnya. Itu berarti siapapun yang berdarah lebih dulu, maka dia harus menyerahkan kemenangan kepada lawan.
Diselipkan tarian dan musik tradisional, tradisi ini juga menjadi daya pikat bagi wisatawan asing. Menonton pertunjukan seni dan budaya Suku Sasak dapat menjadi referensi traveling Anda.
Nah, jika mengintip kebudayaan lain dari Pulau Lombok, ada tradisi menenun yang biasanya dilakukan oleh wanita Sasak.