Bajrang Dal mengirim surat kepada hakim di Chhatarpur, yang menyatakan bahwa drama itu "melawan budaya dan agama Hindu" dan mengancam akan melakukan tindakan kekerasan jika tidak ditutup.
Shukla melapor ke polisi, tetapi mereka hanya menyarankan agar penyelenggara mengubah nama drama - dan kemudian mencabutnya dari program. Shukla terkejut dan akhirnya mengatakan bahwa, dia setuju untuk menghapus drama tersebut "untuk menghindari masalah dan kekerasan untuk semua orang".
Namun, dia masih belum bisa mendapatkan kepastian dari polisi bahwa mereka akan melindungi festival dari kekerasan Bajrang Dal. Dengan polisi yang diduga menolak memberikan izin resmi, Shukla tidak punya pilihan selain membatalkan, atau membahayakan nyawa orang.
Di lain pihak, polisi justru membantah mereka pernah menerima permintaan izin untuk festival tersebut.
“Orang-orang seperti ini ingin memecah belah India,” kata Surendra Shivharay, kepala seksi Bajrang Dal di Chhatarpur.
“Judul drama ini sangat tidak menghormati bendera India dan orang-orang suci kami. Berapa lama umat Hindu harus mentolerir hal ini, mengapa mereka memainkan sandiwara yang menargetkan umat Hindu? Mengapa tidak memutar drama tentang otokrasi Muslim atau tentang orang Kristen?,” tambahnya.
Dia berkata bahwa dia “belum membaca dramanya dan saya tidak perlu. Judulnya tidak pantas, hanya itu yang perlu kami ketahui ”. Dia menambahkan: "Kebebasan berbicara tidak berarti Anda dapat melakukan apa pun yang Anda inginkan dan kami tidak akan mentolerir ini, setidaknya di distrik saya."
Shukla mengatakan bahwa meskipun ada ancaman, dan meskipun pembatalan telah merugikan organisasi teater lebih dari 150.000 rupee (£ 1.500) atau sekitar 29 Juta rupiah, pihaknya masih bermaksud untuk mengadakan festival di kemudian hari, dan menampilkan semua drama.
“Kami akan meminta anggota Bajrang Dal untuk duduk dan menonton untuk menunjukkan kepada mereka bahwa tidak ada yang kontroversial atau anti-Hindu atau anti-nasional tentang mereka,” katanya. "Gerakan budaya tidak akan berhenti karena kami takut pada mereka dan kekerasan mereka."
(Salman Mardira)