Dedi menjelaskan, ketika pendaki turun, petugas akan langsung memeriksa jumlah sampah yang mereka bawa saat proses check out dilakukan, apakah sesuai dengan data yang mereka isi saat booking online atau justru jauh dari target awal.
Jika hasilnya melenceng jauh, ada kemungkinan sang pendaki akan di-blacklist. Namun untuk kasus Fiersa Besari kondisinya berbeda.
Fiersa dilaporkan melewati durasi pendakian yang telah ditentukan oleh Balai TNGR yakni, lebih dari 2 hari 1 malam. Pada masa pandemi Covid-19, TNGR memang membatasi kuota dan durasi pendakian guna mencegah terjadi klaster baru di kalangan pencinta alam.
Seharusnya, kata Dedi, bila pada saat itu Fiersa benar-benar terjebak badai, dia bisa langsung melaporkan kepada petugas saat melakukan check out.
"Seharusnya kalau memang mengalami kendala, bisa saja kok melapor kepada petugas waktu check out. Tapi dari awal kan dia sudah double booking," kata Dedi.
"Dan perlu diingat, melakukan check out setelah pendakian itu penting. Kalau tidak, petugas kami mengira pendaki masih berada di atas (gunung). Biasanya juga banyak pendaki yang beralasan tidak ada petugas yang siaga saat mau check out. Ini yang perlu saya luruskan. Kami ada jam pelayanan dari jam 7 pagi sampai 5 sore. Bila pendaki lewat dari jam tersebut, mereka bisa konfirmasi dulu kan?" tandasnya.
(Salman Mardira)