Perhatikan Ini saat Naik Gunung Rinjani agar Tak Bernasib Seperti Fiersa Besari

Dimas Andhika Fikri, Jurnalis
Sabtu 07 November 2020 17:02 WIB
Gunung Rinjani (Instagram @heraldeikerberg)
Share :

PENYANYI Fiersa Besari di-blacklist dua tahun tak boleh mendaki Taman Nasional Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat, karena melanggar stanra operasional prosedur (SOP) pendakian di masa pandemi Covid-19.

Fiersa Besari mengakui kesalahannya yakni melakukan double booking dan melanggar durasi pendakian melebihi 2 hari 1 malam. Ia lantas meminta maaf melalui video klarifikasi diunggah ke akun Instagram @fiersabesari.

Fiersa mengatakan saat pendakian dirinya terjebak badai, sehingga memutuskan tetap berada di Gunung Rinjani melebihi batas durasi. Mereka tak berani naik atau turun.

Baca juga: Minta Maaf Usai Di-Blacklist ke Gunung Rinjani, Fiersa Besari Tuai Pujian

Fiersa memberikan bukti video tentang kondisi Gunung Rinjani yang sedang angin kencang pada saat dirinya dan tim sedang pendakiannya, yakni 11-12 Oktober 2020.

Fiersa Besari (Instagram @fiersabesari)

"Kami memutuskan untuk stay sampai kondisi sudah cukup aman ke atas. Dan sekali lagi itu adalah kesalahan dan kebodohan saya , saya yang memimpn proyek ini dan saya yang mengambil keputusan dan itu mengakibatkan kami di blacklist," kata Fiersa dalam video klarifikasinya.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, Dedi Asriady, mengatakan bahwa pendaki sebetulnya dapat melaporkan kendala atau masalah yang mereka alami saat mendaki.

Dengan demikian, pihak TNGR pun tentu akan memberikan kebijaksanaan beli sekiranya alasan pendaki benar-benar sesuai dengan kondisi di lapangan.

Sejak 2018, Taman Nasional Gunung Rinjani telah menerapkan sistem booking online. Selain memudahkan proses pendaftaran, sistem ini juga memiliki fitur check in yang wajib digunakan oleh pendaki.

Baca juga: Penjelasan Fiersa Besari Usai Di-Blacklist Naik Gunung Rinjani

Fitur ini nantinya akan memudahkan pihak pengelola untuk melakukan tracking, bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Di samping itu, pada sistem tersebut pendaki juga diminta untuk mengisi potensi sampah yang wajib mereka bawa turun usai pendakian.

"Ada banyak persoalan di gunung Indonesia. Salah satunya sampah. Jadi pada saat booking itu pendaki sudah harus memasukkan data potensi sampah yang wajib mereka bawa pulang. Contohnya mereka pasti akan membawa logistik, katakanlah mi instan atau botol minum. Sampah-sampah itu harus dilampirkan sebelum proses pendakian berlangsung," kata Dedi.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita Women lainnya