DUSUN Pening, demikian nama permukiman di pesisir Pantai Utara Laut Jawa, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Entah akibat “kutukan” nama pening yang berarti pusing, sebanyak 120 keluarga di kampung tersebut terisolasi akibat buruknya jalan sejak zaman Hindia Belanda.
Permukiman itu berada di Desa Sendang Kulon, Kecamatan Kangkung, Kendal. Jaraknya dari pusat Kota Kendal juga tak terlalu jauh, hanya berkisar 17 kilometer. Namun akses jalan satu-satunya sangat sulit ditembus meski dengan berjalan kaki.
Baca juga: Naik Gunung saat Libur Panjang Oktober 2020, Wajib Perhatikan Hal Ini!
“Warga sejak dulu sampai sekarang di umur saya 52 tahun, jalan ini belum kesentuh pembangunan. Kalau musim rendeng (hujan) enggak bisa lewat. Kalau ada kematian tidak bisa melayat,” kata seorang warga Sendang Kulon, Khomsan, baru-baru ini.
“Apalagi kalau ada yang akan melahirkan, susah sekali. Dulu pernah ketika mau ke rumah sakit atau bidan sampai pecah ketuban saat masih di pertengahan (jalan) sini. Jalannya setengah mati susahnya. Lumpur setinggi lutut,” tambahnya.
Jalan yang berubah menjadi kubangan lumpur ketika dilanda hujan, berdampak langsung pada semua kegiatan warga. Mayoritas petani dan nelayan di kampung tersebut kesulitan ke pasar untuk menjual hasil bumi maupun tangkapan ikan.
Baca juga: Pulau Rinca Ditutup, Ini 6 Fakta Unik Komodo yang Wajib Diketahui
Demikian pula, kegiatan belajar-mengajar SDN 04 Sendang Kulon kerap kali terhenti, karena guru-guru tidak bisa datang ke sekolah. Selepas lulus SD, banyak anak-anak yang memilih bekerja dan melanjutkan sekolah karena kesulitan menempuh perjalanan ke SMP di luar kampung.
Menurutnya, terdapat mimpi warga yang mengembangkan potensi sumber daya alam yang selama ini dipendam. Pantai di ujung kampung, memiliki pesona keindahan tak kalah dibanding pantai lain yang kerap muncul di layar kaca atau pemberitaan media.
Birunya air laut dan hijaunya tumbuhan pandan menghampar di bibir pantai. Tempat ini juga memiliki garis pantai yang panjang dan luas. Apalagi, ombak di pantai ini dikenal memiliki karakteristik landai sehingga aman untuk bermain anak-anak. Dengan pesona tersebut, mestinya Pantai Pening menjadi pilihan wisata.
Namun, selama bertahun-tahun harapan mengelola wisata pantai harus dikubur dalam-dalam. Bukan hanya wisatawan yang bakal kesulitan ke lokasi, warga setempat pun tak bisa berbuat banyak ketika hendak keluar-masuk kampung.
Baca juga: 5 Destinasi Wisata Air Eksotis di Klaten, Mana Kesukaanmu?
“Kalau mau langsir (angkut) dua karung hasil panen saja sudah ongkosnya berapa sampai sana (luar kampung). Paling hanya mampu dua karung, itu pun biayanya besar. Padahal di Pening ada pantai yang bagus,” lugasnya.
Mimpi warga untuk mengelola wisata pantai sekaligus meningkatkan perekonomian menemukan titik terang. Akses jalan yang menghubungkan Dusun Pening dengan Dusun Kacangan, Desa Sendang Kulon didatangi TNI.
Satgas TNI Membangun Desa (TMMD) Reguler ke-109 Kodim 0715/Kendal diterjunkan untuk membangun jalan. Material bangunan seperti batu dan pasir menjadi gundukan-gundukan kecil di sepanjang jalan.
Bersama warga setempat, TNI memulai pekerjaan dengan menguruk badan jalan. Mereka juga kompak membuat komposisi adukan pasir, batu, dan semen untuk bahan cor beton. Langkah ini menjadi perhatian utama, karena akan menjamin kualitas konstruksi hingga beberapa tahun ke depan.
“Antusias sekali warga sini. Ini yang dari Pening setiap hari mengirim 7 orang. Dari kelompok tani 10 orang setiap hari. Terus yang dari warga dari RT itu 20 orang tiap hari. Sendang Kulon ada 26 RT, jadi setiap RT juga mengirim orang,” beber dia.