“Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan menjadikan Sawahlunto sebagai sebuah destinasi yang difavoritkan wisatawan dan akan diprioritaskan untuk dikembangkan ke depan khususnya dengan menggali potensi budayanya,” katanya.
Kepala Bidang Peninggalan Bersejarah dan Permuseuman Dinas Kebudayaan, Peninggalan Bersejarah dan Permuseuman Kota Sawahlunto, Rahmat Gino Sea Games mengatakan, nama Sawahlunto berasal dari dua kata, yaitu Sawah dan Lunto. “Jadi sawah ini dilintasi Sungai Lunto atau Batang Lunto, sehingga kota ini dinamai Sawahlunto."
Dalam perkembangannya, lanjut Rahmat, Sawahlunto memang dikenal sebagai kota pertambangan di masa penjajahan Hindia-Belanda. Sawahlunto memang dikenal sebagai salah satu daerah penghasil batu bara.
“Karena dikenal sebagai kota tambang, orang-orang yang tinggal di kota ini pun beraneka ragam latar belakangnya. Ada orang Eropa dan keturunan Indo-Eropa, ada orang Tionghoa, serta orang-orang pribumi seperti orang Minangkabau dan pekerja tambang yang disebut ‘Orang Rantai’,” jelasnya.
Hal ini tentu saja menjadikan adanya tradisi budaya yang beranekaragam di Sawahlunto. Sehingga, dalam Sidang Komite Warisan Dunia UNESCO ke-43 pada 6 Juli 2019 di Baku, Azerbaijan, Sawahlunto ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia, yaitu 'Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto'.