Tujuan dari pembatasan kuota ini dimaksudkan untuk menjaga performa kereta mengingat usianya tak lagi muda. Selain itu, Pudjiono juga membutuhkan waktu selama kurang lebih tiga jam untuk memanaskan api, sebelum kereta boleh diberangkatkan.
"Selain memanaskan api untuk membakar kayu jati, airnya juga harus diisi. Jadi biasanya kereta akan berhenti di Stasiun Solo Kota selama kurang lebih 30 jam," terang Pudjiono.
Melihat proses panjang ini, jangan heran bila tarif sewa Jaladara dibanderol senilai Rp3.6 juta per trip. Namun tarif ini masih terbilang terjangkau, mengingat kapasitas kereta bisa menampung 27 orang.
Favorit wisatawan mancanegara
Sejak beroperasi pada 2009 lalu, kereta uap Jaladara telah menarik banyak perhatian wisatawan mancanegara. Sebagian besar di antaranya berasal dari negara di kawasan Asia hingga Eropa.
"Banyak banget yang datang dari China, Malaysia, Singapura, Jepang, terkadang ada rombongan dari Eropa. Mereka mengatakan sengaja datang ke Solo karena ingin mencoba menaiki kereta uap tertua dunia ini," kata Pudjiono.
Lebih lanjut, Pudjiono menjelaskan, dampak positif lain dari beroperasinya kereta uap ini juga mendongkrak okupansi hotel di Solo. Length of stay atau durasi menginap atau perjalanan mereka pun menjadi lebih lama.