Nathan kemudian ingat staf dari maskapai tersebut kembali dengan seorang "pemimpin tim”. Ia sekali lagi memerintahkan Nathan untuk duduk di sebelah kekasihnya dan tidak berada di pangkuannya.
“Saya dengan tenang memintanya untuk menjelaskan mengapa tidak bisa bercakap-cakap dengan pasangan saya sambil duduk berlutut. Dia menegaskan ada anak-anak di sekitar dan menambahkan, 'Kamu tidak menghormati orang tua di sini dengan mengangkangi pacarmu', sambung Nathan.
Nathan, yang berprofesi sebagai seorang penulis, mengklaim merasa "dipermalukan" dan percaya bahwa ia menjadi sasaran empuk karena kewarganegaraannya di Sri Lanka. Nathan kemudian diberitahu bahwa pakaian yang ia kenakan tidak diperkenankan untuk naik ke pesawat.
"Karyawan Jetstar menuduh trackies, runner, dan combo full-length saya mungkin membuat saya ditolak dalam penerbangan. Saya perhatikan wanita kaukasia yang duduk di hadapan saya mengenakan gaun strapless yang sangat pendek tetapi diizinkan,” lanjutnya.
Terlihat jelas Ketua Tim maskapai berminat untuk menggertak seorang wanita kulit hitam yang terlihat jauh lebih muda dari usia Nathan dan merupakan target yang mudah. Melihat hal itu seorang juru bicara maskapai telah membantah perilaku diskriminatif atas nama staf maskapai mereka.
"Kami tidak mentolerir diskriminasi dalam bentuk apa pun dan tim kami membantah tuduhan bahwa mereka bertindak dengan cara ini,” terang juru bicara maskapai.
Nathan mengatakan bahwa perilaku tak terpuji maskapai terus berlanjut setelah mendarat kembali di Melbourne. Setelah menghubungi tim Layanan Pelanggan melalui layanan live-chat mereka, Nathan memberi tahu mereka tentang apa yang terjadi di Sydney.