Kisah Jeng Minah, Gagal Nikah karena Rumah Pasangan Menghadap Utara

Dimas Andhika Fikri, Jurnalis
Selasa 13 Agustus 2019 09:29 WIB
Ilustrasi gagal menikah (Foto : Today Show)
Share :

Sudah klop dengan pasangan

Dibyo tak memungkiri, bahwa kala itu Jeng Minah dan mantannya merupakan pasangan yang sangat serasi. Bila digambarkan seperti Srikandi dan Arjuna. Keduanya sama-sama memiliki wajah yang rupawan.

Perhitungan wuku dan weton mereka pun sudah sangat pas. Namun yang namanya manusia, pasti memiliki kekurangan dan kelebihan.

Kekurangan Jeng Minah dan pasangannya ternyata terletak pada watak mereka yang sama-sama keras.

"Keras literally keras. Aku aja kalo salah dikit bisa diomelin sama dia. Untung cantik jadinya tak diemin," ungkap Dibyo.

Ketika hubungan mereka sudah mulai serius nih, akhirnya pihak keluarga besar mulai terlibat. Disinilah baru muncul perkara yang pada akhirnya memisahkan kedua insan yang saling mencintai itu.

Posisi rumah sang mantan dianggap tidak baik

Ternyata indahnya hubungan mereka tetep saja ada cacatnya di mata keluarga besar Jeng Minah.

"Waktu itu udah lama nih nggak ketemu (udah kuliah nih kita gaes, aku di jakarta dia di jogjes) cerita lah kita, waktu tak tanyakan 'lho, mana mas pacar?'. Langsung sedih mukanya gaes!," ujar Dibyo.

Selidik punya selidik, hubungan Jeng Minah dan pasangan sudah berakhir. Menurut petuah mbah Jeng Minah, kalau diteruskan, hubungan mereka akan semakin banyak pertengkaran di dalam rumah tangga yang mereka bina nanti.

Mendengar hal tersebut, Dibyo mengaku sempat emosi. Menurutnya pertengkaran di dalam rumah tangga itu merupakan hal yang wajar. Namun ternyata, ada alasan lain yang membuat Dibyo tersentak.

"Dia sambil masih sedih bilang 'ndak bisa byo, (panggilanku dibyo pas SMA) soalnya mbahku langsung ndak setuju waktu tau rumahnya ngadep ke utara, ndak becik katanya' kata jeng minah kepadaku," timpalnya.

Menilik beberapa kasus sebelumnya, perhitungan weton dan adat istiadat suatu daerah seringkali menjadi kendala para pasangan yang hendak menikah. Sebut saja daerah Sulawesi Selatan yang menerapkan 'uang panaik' bagi para pria yang ingin menimang kekasihnya.

Tak sedikit calon mempelai pria yang mengundurkan diri, karena tidak sanggup membayarkan uang panaik yang disyaratkan oleh sang mempelai wanita. Kasus Jeng Minah pun membuktikan bahwa adat istiadat dan kebudayaan lokal masih memainkan peranan penting dalam keberlangsungan hidup seseorang.

"Jd inget gaes, wuku/weton masih bisa diakali. Beda agama masih bisa dikulakkulik. Patahnya cuma di arah rumah aja gaes. Jd hati-hati kalian ya, hahahhaha," pungkas Dibyo.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita Women lainnya