Hingga saat ini, sekitar 600 ribu orang telah mengunjungi kuil milik Michelin yang dibuka tahun 2009 itu.
"Kisah Michelin dan Clermont-Ferrand sangatlah erat," kata Stéphane Nicolas, kurator di L'Aventure Michelin.
"Tujuan museum itu adalah membagi sejarah Michelin, tradisi, dan nilai-nilai perusahaan pada sebanyak mungkin orang," tuturnya.
Terobosan pertama Michelin bersaudara adalah paten temuan ban angin yang diujicoba dalam perlombaan sepeda Paris-Brest-Paris tahun 1891. Berikutnya, mereka menemukan ban mobil—ban pertama yang bisa bertahan dalam kecepataan di atas 100 kilometer per jam—dan ban dengan pelek yang dapat dicopot.
Pada 1929 mereka menciptakan ban karet untuk kereta api, yakni Micheline, yang pertama kali digunakan di rel tahun 1931. Andre dan Edouard Michelin adalah bagian dari gelombang orang-orang visioner Perancis, termasuk pakar teknik Gustave Eiffel, perancang busana Coco Chanel, dan pionir dunia aviasi yang bertanggung jawab pada penerbangan pertama dari London ke kawasan Eropa, Louis Bleriot.
Pada waktu itu, sektor pertanian Perancis sudah mulai condong ke masa depan yang lekat dengan era industri. Kala itu terdapat setidaknya tiga ribu mobil saat Michelin bersaudara membuka toko. Kini ada lebih dari 32 juta mobil di negara itu.
Museum Michelin memiliki sederet koleksi mobil menganggumkan, termasuk hal-hal lain berkaitan dengan transportasi dari periode revolusi industri itu. "Ketika kami membangun L'Aventure Michelin, kami tidak terinspirasi oleh konsep yang saat itu ada," kata Nicolas.
"Kami ingin pengalaman yang ada saling dikaitkan dan sejalan dengan profil Michelin."
Lantai baja dan atap yang bergelombang di museum itu memelihara nuansa industrial, walau koleksi yang ditampilkan terkadang surealis: mobil yang menembus ke dalam peta dan maskot Michelin Man—atau Bibendum dalam bahasa Perancis—yang terlihat riang di atas pintu masuk.
Lahir tahun 1898, perusahaan Michelin kini mencapai usia 120 tahun. Pameran di L'Aventure Michelin yang berlangsung hingga akhir 2018 memperlihatkan sisi terbaik salah satu maskot perusahaan tertua di dunia.
Pameran itu menampilkan evolusi Bibendum, dari penampilannya sebagai orang baik-baik yang menghisap rokok hingga sosoknya yang lebih ceking, meski tetap dilengkapi siluet dirinya yang gemuk.
Namanya, Bibendum, berasal dari terminologi Latin, yakni nunc est bibendum yang artinya 'saatnya minum-minum'. Nama itu bermaksud membangkitkan citra ban Michelin yang mampu menghadapi beragam hambatan dalam perjalanan.
Dalam kacamata modern, nama itu sepertinya menjadi penunjuk bahwa Michelin akan masuk ke industri kuliner. Michelin mulai membuat panduan wisata tahun 1900, berawal dari buku petunjuk menjelajahi Paris, yang dibagikan gratis pada para pengendara mobil. Peta jalan tersebut dibuat hingga satu dekade berikutnya.
Buku dan peta itu mendorong pengendara mobil mengitari negara mereka, membuat jalan putar untuk restoran yang memikat dan bermalam di suatu tempat demi memperpanjang pelancongan.
Penerbitan itu adalah siasat jitu untuk mendorong perjalanan yang lebih panjang dengan mobil, yang di sisi lain mendongkrak penjualan ban.
Tahun 1926, Michelin mengeluarkan panduan wisata yang lebih komprehensif, berfokus pada fine dining. Panduan itu semakin banyak digunakan, terutama karena ulasan yang dianggap andal, yang dikerjakan oleh penyantap hidangan anonim—ciri yang terus dipertahankan hingga saat ini.
Kini Michelin mencakup 34 destinasi di Eropa, Asia, dan Amerika, dengan sistem penilaian bintang yang merangsang teror dan keberhasilan di kalangan pengelola restoran di seluruh dunia.
BACA JUGA:
Meraih sebuah bintang Michelin adalah harapan hampir setiap koki yang bercita-cita tinggi. "Meskipun telah berubah seiring waktu, Bibendum pada dasarnya adalah ikon maskulinitas kulit putih kelas atas," kata Young.
"Kacamata untuk satu mata, cerutu, dan ikat pinggang kuda buatan Bibendum adalah penanda kesenangan laki-laki burjois."
"Dan sistem pemeringkat Michelin membuat norma standar orang perkotaan, terutama warga Paris, sebagai pengukur nilai budaya di seluruh Perancis bahkan seluruh dunia," ujar Young.
Panduan itu pun terus diberitakan media massa sehingga Michelin tetap memelihara reputasi mereka sebagai pencicip makanan kenamaan.
Namun status sebagai pencicip yang semena-mena menjadikan mereka kontroversial dan tekanan luar biasa untuk meraih atau saat kehilangan bintang Michelin kerap menjadi pemberitaan besar.
Koki asal Inggris, Andrew Wong, membandingkan anugerah bintang Michelin dengan pernikahan. Koki terkenal yang keras kepala, Gordon Ramsey, mengaku meratapi kenyataan restorannya kehilangan satu dari dua bintang Michelin.
Bahkan perbukitan berzamrud di kawasan Clermont-Ferrand punya peran dalam sejarah Michelin.
Pada 1908, Michelin bersaudara membuka ajang Piala Penerbangan Michelin, menjanjikan hadiah uang sebesar 100 ribu francs untuk pilot pertama yang dapat menerbangkan pesawat pulang-pergi Paris-Clermont Ferrand selama kurang dari enam jam.
Kini lanskap Chaîne des Puys yang berdesir dapat terlihat dari udara melalui tamasya paralayang yang marak dibuka di gunung berapi itu.
Warisan Michelin berlanjut pada rasa bangga berlebihan Clermontois alias orang-orang yang tinggal di Clermont-Ferrand.
Bintang Michelin dapat mengangkat dan menghancurkan karier kuliner. Maskot mereka yang terlihat seperti marshmallow terlihat di seluruh penjuru dunia dan lebih dari 187 juta ban mereka diproduksi setiap tahun.
Semua aktivitas itu berasal dari sana, di jantung Auvergne di Perancis.
"Michelin ada di mana-mana," kata Ghislaine Borie, blogger yang menetap di Clermont-Ferrand dan bekerja untuk Departemen Pariwisata Auvergne-Rhone-Alpes.
"Banyak orang mempunyai keluarga yang bekerja pernah maupun masih bekerja di perusahaan itu, seperti kakek-nenek atau orangtua, dan Michelin masih sangat lekat dengan kawasan itu," ujar Borie.
"Firasat kota itu juga telah dibentuk oleh kehadiran bisnis mereka selama bertahun-tahun."
"Secara pribadi, saya sangat suka cités Michelin, perumahan mungil yang masih ada di Puy de Chanturgue, yang ditawarkan untuk para pekerja Michelin sejak awal abad ke-20," tutur Borie.
Banyak kompleks perumahan seperti itu, beberapa di antaranya yang terlihat begitu indah berada di Clermont-Ferrand, masih bertahan hingga saat ini.
Di beberapa tempat, hubungan jangka panjang antara perusahaan multinasional dengan sebuah kota barangkali membangkitkan sinisme. Namun Prancis adalah negara yang sangat menghormati para pionir industri seperti halnya yang mereka lakukan pada para seniman.
Dengan menjelajah kota seperti Clermont-Ferrand, yang terdiri dari mozaik industrial dan kemegahan era Gothic, mungkin Anda akan akan menemukan alasannya.
"Terkadang orang-orang menertawakan Clermont-Ferrand dengan menyebutnya 'kota ban'. Tapi kota ini lebih dari itu, ada sejarah unik dan kisah sukses yang kini tak lagi dapat kita lihat," ujar Borie.
(Dinno Baskoro)